Kendari, Sulawesi Tenggara - Putri Alexa, bocah di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra) yang usianya akan genap 4 tahun pada 14 Oktober 2022 mendatang tidak bisa beraktifitas seperti bocah yang seusianya. Anak pertama dari Ibu Ningsi ini hanya bisa terbaring sebab didiagnosis menderita Hidrosefalus.
"Awalnya dia sakit, gejalanya muntah, deman, kejang-kejang. Makanya saya bawa di RSUD Kabupaten Muna. Saat itulah, anak saya ini didiagnosis menderita penyakit yang memiliki ciri mengalami pembesaran pada bagian kepala," ujar Ningsi, Senin (19/9/2022).
Sejak saat itu, lanjut Ningsih, putrinya tidak bisa beraktifitas normal seperti bocah seusianya. Dia hanya bisa terbaring di tempat tidur. Putrinya didiagnosa menderita penyakit Hidrosefalus sejak dua bulan setelah dia dilahirkan atau tepatnya pada Desember 2018 lalu.
Kondisi Ningsi dan keluarganya yang hidup dengan seadanya membuatnya harus meninggalkan Kabupaten Muna. Di tahun itu, dia bertolak dari Wite Barakati (julukan Kabupaten Muna) menuju Kota Kendari untuk membantu kehidupan keluarganya, sekaligus mengumpulkan pundi-pundi rupiah untuk si buah hati.
Di Kota Kendari, mereka tinggal bersama ibu mertuanya di salah satu gedung tua yang ada di Stadion Sepak Bola Lakidende, tepatnya Kelurahan Bende, Kecamatan Kadia, Kota Kendari.
Hidup bersama mertua, Ningsi tidak ingin menjadi beban dan berdiam diri. Meski sang mertua melarangnya beraktifitas, Ningsi tetap ingin bekerja sekaligus membantu mertunya menjadi penjual eceran di pelataran Tugu MTQ Kendari.
Karna tidak ada yang menjaga Putri Alexa di rumah, bocah tersebut dibawa oleh sang ibu di tempat jualan. Di warung kecil itulah, Putri Alexa lagi-lagi hanya terbaring sembari menunggu jam pulang si ibu usai bekerja.
"Tidak ada yang jaga di rumah. Suami sama mertua kerja, makanya saya bantu kerja mertuaku juga. Anakku ini saya bawa-bawa disini," bebernya.
Lanjut Ningsi, putrinya tidak bisa mengonsumsi sembarang makanan. Putri hanya bisa makan bubur jenis Sun yang dibeli toko-toko.
"Dia hanya makan bubur sari dengan Sun. Harganya sekitar Rp 400 ribu. Dalam sebulan, dia habiskan 2 dos atau sekitar Rp 800 ribu," tambahnya.
Meskipun pernah ada yang memberikannya bantuan, namun Ningsi kini kembali mendapat kendala untuk pengobatan si buah hati. Pasalnya, setiap 2 bulan, Putri harus mengecek kesehatan di dokter, tapi dia tidak punya lagi biaya sehingga pengobatannya tertunda.
Ningsi hanya bisa pasrah dengan kondisi anaknya. Dia juga fokus berjualan agar bisa mengumpulkan dana untuk pengobatan sang anak.
"Semoga ada mukjizat saja dari Allah pak,' pungkasnya.
(emr/asm)
Load more