Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan – Ratusan nelayan yang mendiami pulau-pulau kecil dalam kawasan laut Takabonerate, Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan, dalam sepekan terakhir ini mengalami kesulitan untuk melaut mencari ikan. Mereka kesulitan mendapatkan bahan bakar kebutuhan melaut karena kapal-kapal pembeli ikan dari luar kepulauan Selayar yang biasa membawakan mereka bahan bakar kini enggan lagi masuk ke pulau-pulau karena takut tertangkap petugas keamanan jika membawa bahan bakar lebih untuk nelayan.
“Kebanyakan nelayan mengadalkan pasokan solar dari kapal-kapal pembeli ikan dari Kabupaten Bulukumba dan Kabupaten Sinjai yang datang ke pulau mereka, tapi saat ini enggan lagi datang karena minggu lalu ada kejadian kapal pembeli ikan dapat masalah karena muat bahan bakar nelayan di Pulau Rajuni Lau, ini juga yang bikin takut kapal-kapal pembeli ikan lainnya untuk masuk lagi, padahal hanya mereka yang diandalkan nelayan untuk dapat solar. Kalau mengandalkan penjual solar pasokan dari pusat kabupaten Selayar sangat minim dan harganya juga mahal di atas sepuluh ribu per liter,” jelas Firdaus, Anggota Badan Permusyawaratan Desa di Pulau Rajuni, Sabtu (8/10/2022).
Menurut Firdaus, kebutuhan nelayan di Pulau Rajuni per hari tidak kurang dari 1000 (seribu) liter jika aktivitas nelayan melaut lancar dan kalau sudah seperti ini bahan bakar susah dan mahal maka otomatis aktivitas mereka lumpuh, akibatnya kita sendiri, perekonomian juga akan lesu.
Demikian juga yang dirasakan di Pulau Tarupa, Pulau Pasitallu dan Pulau Latondu. Kenaikan dan keberadaan bahan bakar kebutuhan melaut berdampak cukup besar bagi nelayan, bahkan mereka kesulitan melaut karena harga solar tidak terjangkau.
M. Nurdin nelayan asal Pulau Tarupa kepada tvonenews.com mengungkapkan, sejak naiknya harga bahan bakar solar, ongkos pembelian solar ikut naik, tidak berbanding dengan harga ikan yang dijualnya yang masih sangat jauh dari harapan. Akibatnya pembiayaan melaut tinggi sementara hasilnya sangat murah. Iapun sementara menghentikan aktivitas melaut dulu, karena pekerjaannya sebagai nelayan tidak mampu menutupi kebutuhan keluarganya.
“Pembelian solar dengan harga sekarang sudah tidak cukup Pak, selisih pembelian solar saja sudah tidak cukup sedangkan kita melaut harus setiap hari. Kalau tiap hari melaut dan tiap hari tidak dapat uang mendingan istirahat dulu. Memang ada solar murah dari pembeli dari Sinjai dan Bulukumba tapi mereka sudah tidak mau ke sini karena takut ditangkap petugas,” ujar Nurdin.
Pantauan tvonenews.com di Pulau Rajuni, Pulau Tarupa, Pulau Jinato dan Pulau Pasitallu, harga bahan bakar dijual pedagang bervariasi, antara 11 ribu hingga 14 ribu per liter, sementara untuk bahan bakar pertalite dan pertamax menembus angka 20 ribu per liter.
Para nelayan di Takabonerate berharap agar pemerintah turun membantu aktivitas nelayan dengan menyediakan bahan bakar yang bisa dibeli dengan harga standar dan ketersediaannya aman untuk dibeli serta tidak lagi penangkapan nelayan kecil karena mereka bawa solar kebutuhan mereka melaut, seperti yang terjadi di Pulau Rajuni Lau pada Jumat 30 September 2022 lalu. (ain/ask)
Load more