Jakarta – Nama Suku Togutil mungkin sudah tidak asing bagi masyarakat Maluku Utara. Suku yang hidup tersebar di pedalaman Hutan Halmahera Utara, Halmahera Tengah dan Halmahera Timur ini memang dikenal sangat tertutup. Beberapa kelompok memang sudah mulai bisa menerima dan bersosialisasi dengan masyarakat umum sekitar. Tapi mayoritas dari suku Togutil lebih memilih menutup diri, dan hidup berpindah pindah di area hutan tersebut.
Tercatat lebih dari 15 kasus pembunuhan dan beberapa kasus orang hilang sepanjang 47 tahun di hutan Halmahera. Yang ga tercatat mungkin lebih banyak. Korban rata rata di temukan dengan kondisi yang mengenaskan. Bahkan beberapa kasus tercatat, korban di temukan terpotong menjadi beberapa bagian. Sebagian tidak di temukan isi perutnya. Beberapa korban yang sempat tercatat antara lain adalah penambang, pencari kayu gaharu, anggota babinsa sampai penduduk yang sedang berkebun.
Pembunuhan yang tergolong sadis, memang kerap terjadi di hutan Halmahera. Tepatnya diantara Halmahera timur dan Halmahera utara. Di pedalaman hutan disana memang masih di diami oleh beberapa kelompok suku pedalaman yang lebih di kenal dengan nama Suku Togutil.
Suku togutil sendiri merupakan suku yang mempunyai tingkat kewaspadaan tinggi. Mereka cenderung menaruh rasa curiga, terhadap orang luar yang mereka temui. Mereka merasa keberadaan orang di luar kelompok mereka adalah sebuah ancaman bagi mereka. Dan jika sudah merasa terancam (menurut versi mereka sendiri), mereka akan melakukan penyerangan. Dan ga sedikit dari penyerangan ini yang akhirnya menimbulkan korban jiwa.
Sementara kelompok yang sudah bisa bersosialisasi, kadang mereka keluar hutan untuk meminta sumbangan beras, makanan dan rokok. Kelompok yang ini biasanya cenderung lebih friendly. Walaupun tetap sulit untuk di ajak berkomunikasi. Karena mereka hanya berbicara bahasaTobelo (Halmahera Utara) Kuno. Bahasa yang bahkan sudah di tinggalkan oleh masyarakat tobelo itu sendiri. Bahkan ga banyak masyarakat Tobelo yang tau bahasa tobelo kuno.
Kelompok suku Togutil biasanya hidup dari berburu binatang dan bercocok tanam. Bahkan menurut narasumber saya, beberapa dari kelompok mereka masih ada yang kanibal. Konon beberapa kasus mutilasi dan isi perut yang hilang, katanya dijadikan santapan oleh mereka. Saya sendiri kurang tau kebenarannya. Tapi cerita ini kemudian memang di iyakan oleh beberapa masyarakat setempat. Cerita kanibalisme suku Togutil memang sudah ga asing buat masyarakat halmahera. Mengingat korban korban yang di temukan, kerap kali sudah terpotong potong, dan bagian isi perutnya kerapkali hilang.
Polisi sendiri sampai saat ini masih sulit menangani kasus ini. Mengingat hutan disana masih tergolong liar, sementara kelompok suku tersebut yang terus berpindah pindah. Belum lagi kendala bahasa yang cukup sulit di pahami. Karena masyarakat togutil tidak mengenal bahasa indonesia.
Mungkin Suku Togutil hanya sekelumit suku pedalaman yang tidak terekspos di Indonesia. Entah berapa banyak suku yang masih mendiami pedalaman hutan di indonesia. Semoga keaslian mereka, ga tergerus oleh kepentingan golongan dalam upaya memperkaya diri. Dan semoga mereka bisa lebih menerima keberadaan dan perbedaan masyarakat lainnya. (ade)
Load more