"Saya pergi memulung, cari gelas plastik, kardus, yang bisa dijual, untuk bisa beli beras," pungkasnya.
Saat ditanya soal bantuan BLT ataupun bantuan pemerintah, ia mengaku tidak pernah menerima bantuan tersebut.
"Saya tidak pernah dapat bantuan baik sembako ataupun BLT," terangnya.
Kakek yang hidup sebatang kara ini menceritakan jika rumahnya itu dibangun menggunakan balok kayu bekas, atap dan dinding rumahnya dari seng bekas yang sudah karatan yang didapatkannya dari keponakan dan tetangganya.
Ia juga mengungkap jika pada tahun 1968 dirinya pergi merantau ke Tarakan dan Nunukan.
"Dulu di perantauan itu, saya kerja sebagai buruh kapal,” ungkapnya.
Dg. Nai menceritakan jika dirinya sempat memiliki istri dan ia menikah sejak tahun 1986 namun tidak dikaruniai anak. Ia kemudian pulang ke kampung halaman tahun 2004, sementara istrinya tidak mau ikut bersamanya, sehingga Dg Nai memilih meninggalkan istrinya.
Load more