Medan, Sumatera Utara - Tidak ada yang salah dengan konsep childfree. Setiap pasangan memiliki pilihan masing-masing dalam hidupnya. Keputusan untuk tidak memiliki anak atau childfree banyak pertimbangan, mulai dari biaya hidup hingga biaya pendidikan yang mahal di tengah resesi saat ini.
Psikolog Klinis, Yenni Merdeka Sakti, menjelaskan, childfree adalah keputusan personal, bukan karena ikut tren. Jika dilihat dengan setiap keputusan itu bisa lebih baik. Namun, dilihat by case, ada orang yang punya luka dan tidak siap untuk memiliki anak. "Childfree itukan sangat personal. Itu keputusan pribadi dan bisa juga bersama pasangannya," jelasnya, Jumat (17/2/2023).
Yenni juga mengatakan, pilihan untuk childfree harusnya lebih personal. Bisa juga dengan memilih untuk mengurus anak-anak yang sudah ada. "Bisa dilakukan mengurus anak-anak yang sudah ada tanpa menambah populasi," ujarnya lagi.
Apapun pilihan yang diambil maka harus bisa saling menghargai satu sama lain. "Berapa orang yang sudah berjuang, yang usaha untuk punya bayi tabung. Saling menghargai aja," jelasnya.
Fitrahnya, perempuan ketika sudah menikah maka berpotensi untuk punya anak. Pada awalnya, semua perempuan tidak siap menjadi ibu. Namun, karena proses kehamilan, maka tumbuh rasa naluri keibuan dengan sendirinya.
"Hamil itu sebenarnya proses pendidikan, menumbuhkan rasa naluri keibuan. Makanya itu ada sembilan bulan itu untuk belajar, pada awalnya semua wanita tidak siap menjadi ibu. Sekarang tergantung orangnya, nih. Mau belajar atau gak, untuk dia mempersiapkan jadi ibu atau gak," pungkas Yenni.
Ia melnjutkan, proses menjadi ibu, bukan lah proses yang mudah. Posisi ibu saat punya anak kecil dan remaja itu berbeda. “Jadi ibu itu, belajar sepanjang usia hingga akhir hayat,” ucapnya.
Load more