Atas kejadian yang mengenaskan itu, dugaan malpraktik yang terjadi pada putrinya itu pun mengundang kecurigaan. Di mana ia menyebut, adanya kelalaian pihak RSU Mitra Medika yang terjadi lantaran mereka menggunakan program Wali Kota Medan tersebut untuk biaya administrasi.
"Apa mungkin karena kami pengguna program Wali Kota Medan, Pak Bobby itu sehingga kami duga diabaikan, dan putri kedua kami jadi korban, saya dan istri yang trauma atas kejadian ini pun sampai bertanya-tanya,"
Selanjutnya Ibnu menjelaskan awal kronologis kejadian di mana putri keduanya ini baru lahir dalam kondisi sehat tanpa ada permasalahan.
"Bayi kami lahir sesar pada tanggal 8 Maret 2023, lahirnya itu jam 16.21 WIB. Setelah lahiran, biasanya itu kan orang tuanya dipanggil untuk diperlihatkan anak kita ya kan. Di situ perawatnya mengucapkan selamat, dan mereka katakan bayi kami perempuan, lahir dengan selamat, tidak kurang satu apapun sehat wal alfiat dengan berat badan 29,3 Kilogram dan panjang badan 47 cm,” katanya.
“Setelah itu di hari yang sama, 2 jam berselang waktu salat isya, saya dipanggil lagi ke ruang perawat. Dan saya ditawarkan program pemerintah dan kami orang tua bayi diminta persetujuannya untuk itu. Terkait screening hipoteroid itu tentang stunting dan keterbelakangan mental,” jelasnya.
Dikatakan perawat, bahwa sampel darah dalam jumlah sedikit nanti diambil dari tumit kaki anaknya. Ia pun sempat merasa ragu dan berulang kali bertanya proses pengambilan dan dampaknya. Hingga ia meminta penundaan pelaksanaannya untuk berkoordinasi lanjut ke pihak keluarga.
Hingga pada Hari Kamis (9/3/2023) sekitar pukul 15.30 WIB, Ibnu mengaku kembali dipanggil perawat mempertanyakan soal persetujuan tindakan itu.
Ibnu lalu menerima tawaran tersebut. Pasalnya, perawat mengatakan tidak ada risiko dari program tersebut, meski ia masih mempertegas pertanyaannya soal dampak dan proses pengambilan sampel.
Load more