"Rob dalam sekian puluh tahun menjilat, mengikis dan kemudian menghanyutkan bibir pantai hingga jarak sekolah dan daratan kini terlampau dekat," ujarnya.
Bahkan yang mirisnya, ia katakan, tiap kali Rob menerjang desa, SD Negeri 16 turut terkena dampaknya.
"Jadi airnya dengan ketinggian 15-30 sentimeter, air rob menggenangi sekolah. Bahkan, air pun masuk ke sekolah. Selain itu, lumpur-lumpurnya ikut masuk," katanya.
"Jadi nanti itu tiga hari baru kering. Itu pun tunggu surut dulu baru kami bersihkan ramai-ramai sama murid-murid. Kalau belajar ya terhambat, jadi pengin kali anak-anak ini memiliki sekolah yang nyaman," kata Hayati saat diwawancarai.
Jadi, ia beberkan, karena bangunan dan fasilitas sekolah kurang memadai saat diterjang banjir Rob disertai angin kencang, telah membuat bangunan makin parah.
"Yang hancur itu dahulunya taman kanak-kanak - sekarang tidak digunakan lagi. Cuma kami kekurangan kelas dan ruangan. Kelas itu ada 1 sampai 6. Ruangan hanya ada 3, jadi kalau itu bagus bisa dimanfaatkan. Tapi karena tidak ada renovasi terpaksa kami gabung kelasnya,” ungkapnya.
“Hancur inilah, karena banjir rob ini. Apalagi nanti kalau angin itu kencang habis seng-seng itu berterbangan. Itu karena angin makanya hancur gitu," terang Hayati.
Load more