"Pada Hari Bhayangkara tahun 2023 Biro SDM Polda Aceh melakukan renovasi terhadap Makam Syiah Kuala dan Masjid Baiturrahim dengan cara melakukan revitalisasi sehingga akan membentuk keindahan dan kenyamanan, serta dapat meningkatkan perekonomian rakyat," tambah Fajar.
Untuk diketahui, Makam Syiah Kuala merupakan makam dari seorang ulama kharismatik di Aceh dan cukup ahli dalam bidang hukum. Yang bersangkutan juga pernah menjadi mufti agung pada kerajaan Aceh Darussalam.
Makam yang terletak di Gampong Deah Raya, Kecamatan Syiah Kuala, Kota Banda Aceh tersebut banyak didatangi oleh peziarah baik lokal maupun mancanegara.
Untuk sampai ke makam itu membutuhkan waktu sekitar 15 menit dengan menempuh jarak kurang lebih 8 kilometer dari pusat Kota Banda Aceh. Pengunjung yang datang sangatlah ramai, Pada hari biasa, penziarah capai 200 orang yang berkunjung ke Makam Syiah Kuala.
Selanjutnya, Masjid Baiturrahim merupakan peninggalan Kesultanan Aceh. Masjid ini didirikan sekitar abad ke-17 dengan sebutan Masjid Jami’ Ulee Lheue (dibaca “olele” dalam dialek Belanda). Saat Masjid Baiturrahman dibakar oleh pasukan Belanda pada tahun 1873, warga Banda Aceh berbondong-bondong melaksanakan saalat Jumat di masjid ini. Diperkirakan mulai saat itulah “baiturrahim” menjadi nama masjid ini.
Pada tanggal 26 Desember 2004, gelombang raksasa setinggi 21 meter menghantam pesisir utara Banda Aceh. Kawasan Ulee Lheue yang berada persis di tepi laut menjadi salah satu wilayah yang paling parah terkena dampak. Nyaris semua bangunan di wilayah ini rata dengan tanah atau hanyut terhempas gelombang ke arah pusat Kota Banda Aceh beserta ribuan jiwa yang menjadi korban.
"Ketika bencana tsunami itu terjadi, masjid ini tetap kokoh berdiri di tengah hamparan puing bangunan sekitarnya yang telah hancur. Hanya sebagian kecil bangunan yang mengalami kerusakan akibat bencana alam tersebut," punkasnya.(kha/cai)
Load more