Medan, tvOnenews.com - Narapidana penghuni Rumah Tahanan kelas I Tanjunggusta menciptakan karya berupa tas khusus wanita. Tas buatan tangan tersebut pun dilabel dengan nama Ragustas dan kini telah diproduksi ke pasaran bebas.
Dimana pemasaran tas yang lulus standar berkualitas dilepas di pasaran online dengan harga terjangkau. Uniknya bahan tas ini dibuat dari bahan kulit jeruk dan juga kulit Bebek yang telah disortir.
Sebagai bentuk upaya bersama mendukung UMKM, cinta produk dalam negeri serta pemulihan ekonomi, Kepala Rumah Tahanan Kelas I Tanjung Gusta Medan, Nimrot Sihotang, Bcip SH menggalakkan seni kreatifitas kerajinan tangan.
Dimana pekerjanya ditargetkan dikerjakan langsung oleh warga binaan yang tengah menjalani masa hukuman. Tentunya peralatan pendukung nya pun dipenuhi sesuai prosedur dengan merangkul berbagai stake holder yang mau ikut terlibat mendukung.
"Ini bentuk upaya bersama kita untuk mendukung UMKM, cinta produk dalam negeri serta pemulihan ekonomi. Dan yg terutama agar WBP atau narapidana khususnya yang ada di dalam Rutan Kelas I Tanjunggusta ini dapat mandiri selama menjalani masa hukuman. Ini wujud nyata pengalaman positif yang dialami dan dirasakan langsung WBP kita yang betul betul mau bangkit untuk mandiri, siap berintegrasi ditengah masyarakat, serta harapannya dengan memiliki keahlian ini mereka tidak mengulangi kejahatan. Untuk itu mereka telah memiliki modal awal untuk mengembangkan usahanya nanti diluar tembok penjara", kata Nimrot, Kamis 22 Juni 2023 kepada tvOnenews.com.
Untuk bahan tas bermerek Ragustas, Nimrot menyebutkan benar jika bahannya saat ini dibuat dari kulit jeruk dan kulit Bebek.
"Ya, jadi bahan tas nya yang kita namakan Ragustas ini memang berbahan kulit jeruk dan kulit Bebek. Bahannya teraebut pastinya bukan asal asalan ya. Karna kualitas bahan mempengaruhi hasil produk dalam hal kualitas dan ketahanannya", kata Nimrot sembari menunjukkan beberapa tas terbuat dari bahan Kulit jeruk dan juga terbuat dari kulit Bebek.
Untuk pengerjaan Ragustas tersebut, Nimrot memakai ruang Bimker sebagai tempat penyimpanan barang pembuatan tas sekaligus tempat pengerjaan tas.
"Saat ini ada satu orang WBP kita sebagai tenaga ahli yang menyalurkan bakat dan skilnya dibantu empat orang WBP lainnya. Ini orang orang yang terpilih mau berkreatifitas tanpa batas di dalam penjara ini, ungkap Nimrot.
Lamanya pengerjaan tas berbagai bentuk khusus wanita itu pun dijelaskan Nimrot.
Dimana tas yang terbuat dari bahan kulit Bebek bisa diproduksi sebanyak 20 tas dalam satu minggu.
"Artinya saat ini, dua puluh tas dapat dibuat WBP dengan kualitas yang terjamin dan lulus sortir ya untuk dipasarkan. Jadi kalau dari 20 tas khusus berbahan kulit Bebek diprodiksi seminggu, berarti sedikitnya dua atau tiga tas perhari bisa selesai dibuat mereka", jelas mantan Kepala Pengamanan Rutan Kelas I Tanjung gusta Medan ini.
Sementara untuk pembuatan tas berbahan jeruk, Nimrot menjelaskan bisa memproduksi lima tas dalam seminggu. Dimana dalam pembuatannya lebih rumit dan butuh ketelitian agar hasilnya maksimal.
"Untuk produksi tas berbahan kulit jeruk agak rumit memang pengerjaannya. WBP kita ini pun tidak mau sembarangan mengerjakan. Artinya mereka lebih mengutamakan mutu dan kualitas tas daripada mengejar target kuantitas", jelas Nimrot.
Dan saat ini setelah melalui berbagai tahapan mulai dari sortir hasil produksi hingga awalnya dipasarkan ke internal pegawai, produk Raguatas pun mulai dipasarkan ke luar.
"Awalnya setelah dipriduksi, kita melihat dulu mutunya dan cost pembuatannya. Setelah kita perbandingan antara mutu dan cost biaya, ternyata harganya terjangkau dimasyarakat dan masih dapat diperoleh keuntungan meski masih jumlah kecil yang diterima WBP kita ini", terang Nimrot.
Nimrot mengungkapkan saat ini pemasaran Ragustas masih dibatasi jumlah pemasarannya. Ia mengungkapkan hanya lima tas perminggu yang dijual ke pasaran.
Dan untuk lebih memperkenalkan produk Ragustas berbahan kulit jeruk dan kulit bebek tersebut, Nimrot pun mengatakan saat ini produk tersebut ikut dipamerkan di PRSU.
"Saya berharap masyarakat dapat menerima hasil karya warga binaan pemasyarakatan setelah selesai menjalani pidana, jadi kita tidak hanya bisa mengatakan mereka jahat tapi kita tidak bisa memberikan kesempatan atau solusi bagi mereka untuk bertobat. Inilah yang kita buat dan syukur diterima serta di dukung jajaran Kanwil Kemenkumham, dan pastinya didukung penuh", terang Nimrot.
Sementara itu di lokasi pengerjaan, tampak sejumlah WBP tengah asik mengerjakan bahan kulit jeruk dan kukut Bebek untuk dikerjakan menjadi satu bentuk tas khusus bagi wanita.
Melihat peralatan yang masih minim dapat digunakan maksimal oleh WBP dalam pengerjaan tas tersebut. Dan meski peralatan minim, terlihat juga kreatifitas seni dari tangan WBP tersebut sangat piawai dan teliti mengerjakannya. (ysa/haa)
Load more