Sehingga bila terjadi gigitan anjing diduga Rabies, dilakukan pengamatan kepada anjing dan perawatan luka kepada korban gigitan. Selanjutnya dilakukan koordinasi ke Dinas Kesehatan dan Dinas Peternakan (Disnak) setempat.
“Nah, untuk kasus di Simalungun kendala kita adalah ketersediaan VAR untuk anjing tidak mencukupi dengan jumlah populasi anjing yang banyak. Penduduk di Simalungun, bisa punya 10 anjing dalam 1 keluarga sementara yang gratis vaksinnya hanya untuk 1 anjing dan masyarakat menolak membayar vaksinasi untuk anjingnya,” jelasnya.
Untuk itu, Dinkes Sumut mengimbau kepada masyarakat agar memvaksin seluruh anjing peliharaannya, sehingga orang di keluarga dan disekitarnya terjaga dari kemungkinan Rabies.
“Bila tidak berkenan untuk memaksin anjingnya, kami imbau, untuk tidak memelihara anjing di rumah, karena sangat beresiko terjadinya gigitan anjing dengan Rabies yang menyebabkan kematian. Anjing yang tertular Rabies, menjadi liar dan lupa dengan tuannya. Dan, kemungkinan korban adalah orang terdekat dari anjing tersebut,” pungkasnya.
Ditambahkannya, masalah anjing ini, masalah budaya, sehingga sulit untuk berubah. Alwi mengimbau kepada masyarakat untuk menertibkan anjing peliharaannya. Sebaiknya semua anjing peliharaan, divaksin. Sehingga aman bagi keluarga yang memeliharanya.
“Nah, semua anjing liar, sebaiknya ditangkap dan diisolasi. Semua kejadian gigitan anjing harus ditangani dengan protokoler yang benar. Pemerintah Kabupate dan Kota yang sering ada kasus sebaiknya melakukan edukasi yang lebih gencar. Menyiapkan vaksin untuk anjing yang lebih banyak, memastikan seluruh anjing peliharaan sudah divaksin,” tutupnya. (sgh/haa)
Load more