Palembang, tvOnenews.com - Jaksa Penuntut Umum (JPU) Kejati Sumsel, menghadirkan tiga orang saksi terkait kasus UU ITE mengunggah video sambil makan kriuk babi mengucapkan ‘bismillah’, yang menjerat terdakwa Lina Mukherjee. Dalam sidang di hadapan Majelis Hakim
Romi Siantara, saksi Martinawati warga Palembang, sangat menyayangkan sikap terdakwa Lina Mukherjee yang memakan kriuk babi mengucapkan kata ‘bismillah'.
"Sebelumnya saya tidak tahu soal video terdakwa, tapi anak saya melihatkan video tersebut, dan sangat kesal sebagai umat Islam terdakwa memakan kriuk babi mengucapkan kata bismillah," ungkap saksi di PN Palembang, Selasa (1/8/2023).
Awalnya, saksi menduga kalau tindakan Lina Mukherjee tidak disengaja, namun setelah memutar video beberapa kali, saksi kemudian menyadari kalau konten yang diunggah selebgram Palembang itu memang disengaja.
"Dengan memakan ini saya akan dibuang oleh keluarga saya dan dicoret dari Kartu Keluarga, jadi dia tahu tidak mungkin keceplosan mengucapkan bismillah makan kriuk babi," jelas saksi saat menirukan ucapan terdakwa dalam video.
Sementara itu, saksi KH Khobir Ashari, mengatakan dirinya salah satu ulama yang melihat video tersebut menilai kalau unggahan itu sangat menyakitkan hati umat Islam, yaitu membaca bismilah memakan yang diharamkan dalam agama Islam.
"Video yang dibuat terdakwa sambil memakan kriuk babi mengucapkan bismillah sangat menyakiti hati umat Islam," tegas saksi.
Sementara itu, usai sidang, terdakwa Lina Mukherjee enggan berkomentar sedikitpun kepada awak media
Diketahui dalam dakwaannya influencer Lina Mukherjee melanggar Pasal 45 Huruf A ayat 2 Junto Pasal 28 ayat 2 Undang-Undang ITE. Lina dinilai telah menimbulkan perpecahan di masyarakat karena konten tersebut menimbulkan kebencian atas pelecehan agama yang dilakukannya.
"Tindakan terdakwa dinilai telah memicu tindakan diskriminatif, permusuhan atas timbulnya perpecahan dengan unggahan yang dilakukan terdakwa," ungkap JPU Kejati Sumsel, Siti Fatimah.
Ia merincikan, konten berdurasi 100 detik tersebut dibuat dengan kesadaran, di mana terdakwa sengaja membuat video bersama asistennya. Video tersebut diunggah di dua media sosial YouTube dengan 420 ribu penonton. Sedangkan di TikTok terdakwa mendapat 4,2 juta penonton.
Video tersebut dimaksudkan secara sengaja menarik simpatik warga agar menjadi viral di media sosial. Berdasarkan pertimbangan dari beberapa ahli seperti sosiolog, ahli bahasa, hukum dan Majelis Ulama Indonesia (MUI), menyatakan perbuatan terdakwa memproduksi konten tersebut merupakan tindakan yang provokatif yang memancing permusuhan antar umat.
"Perbuatan terdakwa juga telah mengganggu kehidupan beragama dan sila pertama tentang ketuhanan," ungkapnya. (peb/wna)
Load more