Palembang, tvOnenews.com - Indonesian Journalist Diving, salah satu pelatihan bagi wartawan dan pertama kali diadakan di kota Palembang Sumsel, sekaligus memeriahkan HUT ke-78 Kemerdekaan Republik Indonesia. Diketahui Indonesian Journalist Diving ini pelatihan bagi wartawan yang akan melakukan peliputan di daerah bencana.
CEO PT Intermedia Wahana Mandiri, Al Abror, mengatakan, kegiatan ini dilatarbelakangi dengan kurangnya jurnalis yang mampu melakukan peliputan terkait bencana yang terjadi di air. “Pelatihan ini bertujuan agar jurnalis berkapasitas untuk meliput, mengetahui kejadian yang sebenarnya saat terjadi bencana," katanya.
Ia menambahkan bahwa Bahari Diving Club ini sudah memiliki ISO, sertifikat nasional maupun internasional terkait penyelaman di Indonesia. “Instruktur kita pada pelatihan ini, kak Agus, sudah berkali-kali diundang untuk membantu evakuasi bencana," tuturnya.
Sementara itu, Instrukrur Bahari Diving Club, Agus Sulaiman mengatakan Bahari Diving Club tidak hanya memberikan pelatihan menyelam bagi para instansi, pelajar tetapi juga membantu evakuasi dan dan jadi tim forensik beberapa insiden.
Bahari Diving Club ini juga melakukan pembangunan Dermaga Internasional di Tanjung Tapa, termasuk insiden dermaga di PT OKI Pulp, kami menjadi tim forensik terkait membuat pemetaan di bawah air termasuk memberikan rekomendasi dari kami.
Bahari Diving Club juga berharap kedepan ada beberapa jurnalis yang mampu melakukan kerja-kerja jurnalistik di bawah air. “Next kami ingin membentuk Underwater Journalist Indonesia. Terserah apakah di bawah PWI, apakah kerja sama dengan BDC, atau cabangnya," tegasnya.
Ia juga mengatakan, Personel Bahari Diving Club ini adalah gabungan dari TNI AD, TNI AL, TNI AU, Polri, satpam, bankir, pensiunan BUMN, hingga akademisi.
Sementara itu, Ketua PWI Sumatra Selatan, Dr H Firdaus Komar, menyambut baik pelatihan menyelam bagi para jurnalis di Sumsel. “Kami dari PWI sangat mengapresiasi kegiatan ini. Pelatihan ini tentu akan memberikan knowledge bagi para wartawan,” ujar Firko, sapaan akrabnya.
Menurut dia, penting bagi wartawan untuk mengetahui bagaimana melakukan peliputan, misalnya terkait insiden jatuhnya pesawat di Sungsang beberapa tahun lalu. “Kan kita tidak mengerti, yang muncul di laut itu apa, misalnya apakah itu serpihan pesawat, serpihan mayat. Kalau kita tidak mengetahui, tidak dipelajari, bisa saja kita salah menulis, jadi salah informasi,” tutupnya. (Peb/Fhr)
Load more