Nias, tvOnenews.com - Tiga minggu diterjang cuaca buruk angin kencang hingga gelombang besar, pulau terluar yang terdapat di Kabupaten Nias Selatan yakni Pulau Simuk terisolasi karena tidak adanya kapal yang berlayar untuk mendistribusikan pasokan kebutuhan pokok bagi tiga ribu seratus jiwa warga yang mendiami enam desa di pulau terluar tersebut.
Cuaca buruk yang melanda perairan laut di Kabupaten Nias Selatan, di mana Kepulauan Tello yang terdiri dari 101 pulau kecil masuk dalam kawasan Kabupaten Nias Selatan.
Dari sekian pulau tersebut, Kecamatan Simuk sekaligus Pulau Simuk merupakan pulau terluar yang berhadapan dengan Samudera Hindia langsung berhadapan dengan kawasan laut bebas.
Untuk menuju ke Pulau Simuk, jarak tempuh yang digunakan jika menaiki kapal laut dari Teluk Dalam, ibu kota Nias Selatan membutuhkan waktu hingga lima jam pelayaran.
Akibat cuaca buruk selama tiga pekan terakhir, logistik yang semestinya setiap sekali seminggu sudah masuk di Pulau simuk hingga kini belum bisa terdistribusikan. Bahkan 3.100 warga di Enam Desa di Kecamatan Simuk terancam kelaparan.
Sebelumnya sejumlah alat transportasi laut yang melayani pendistribusian logistik di Pulau Simuk terdapat sekitar dua kapal kayu yang berkapasitas 10 GT tidak bisa beroperasi karena tidak mampu melawan badai yang cukup besar di perairan laut Kepulauan Tello yang berhadapan langsung dengan laut bebas.
Akibat cuaca buruk yang terus menerus terjadi, warga mulai resah dan mulai kehabisan pasokan kebutuhan pokok berupa beras dan kebutuhan lainnya sehingga mereka membutuhkan perhatian dan bantuan agar segera ada pasokan beras masuk dibawa ke Pulau Simuk.
Melalui Pemerintah Kecamatan dan Kabupaten Nias Selatan telah berupaya meminta bantuan serta dukungan untuk segera adanya kapal yang bisa membawa sejumlah kebutuhan dasar masyarakat baik lewat TNI Angkatan Laut hingga Basarnas.
Namun, karena kondisi gelombang besar yang saat ini terjadi di perairan laut Nias Selatan.Tidak ada kapal yang sanggup dan siap berlayar ke Pulau Simuk dengan resiko yang cukup tinggi.
"Ribuan warga mulai panik kehabisan pasokan bahan makanan bahkan mulai terdapat anak anak yang mulai mengalami demam dan diare karena krisis beras, terpaksa mengkonsumsi umbi umbian dan sagu akibat pasokan beras mulai sulit ditemukan," ungkap Camat Simuk Gentelman Bago, Rabu (20/9/2023).
Tragedi cuaca buruk yang melanda masyarakat Simuk kali ini merupakan yang terparah dalam kurun waktu sepuluh tahun belakangan, di mana sempat membuat pulau ini terisolasi dan belum bisa ditembus oleh kapal pembawa logistik dengan waktu yang cukup lama.
Dikhawatirkan jika kodisi ini terus berlanjut maka bisa menimbulkan korban jiwa karena terjadinya krisis pangan bagi ribuan jiwa penduduk di Pulau terluar indonesia dipantai Barat Sumatera. (omh/ebs)
Load more