Medan, tvOnenews.com - Harga beras untuk semua jenis terpantau mengalami kenaikan selama bulan September ini. Bahkan Bulog sendiri sudah menaikkan harga beras lebih dari 15%. Kenaikan harga beras pada bulan ini sangat potensial memicu terjadinya inflasi.
Namun, kontribusi beras dalam pembentukan inflasi ini yang bisa saja memiliki selisih yang berbeda di masing-masing pihak yang menghitungnya.
"Seperti apakah harga beras Bulog (SPHP) ini layak dihitung sebagai contributor inflasi di September. Megingat kehadiran beras Bulog ini terjadi disaat waktu waktu tertentu, seperti disaat terjadi kenaikan harga beras yang tajam belakangan ini. Sementara itu, harga beras medium dan super sudah mengalami kenaikan dalam rentang 3.6% hingga 4.1% selama bulan September dari hasil pemantauan langsung," kata Ketua Pemantau Pangan Sumut, Gunawan Benjamin, Jumat (29/9/2023).
Kenaikannya jauh lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan harga beras SPHP yang sudah mencapai 15%-an. Kenaikan harga beras SPHP itu menjadi kenaikan yang tertinggi dibandingkan dengan kenaikan harga beras lainnya dalam kurun waktu dua bulan terakhir. Dimana varian kenaikan beras diluar SPHP masih dibawah 10% di dua bulan belakangan.
Selain harga beras, harga daging ayam, cabai dan gulas pasir juga sangat potensial menyumbang besaran inflasi. Namun untuk cabai merah di bulan ini terpantau hanya mengalami kenaikan tipis 0.75%, namun untuk cabai rawit masih dikisaran kenaikan 11%. Harga gula pasir juga demikian, mengalami kenaikan lebih dari 1.8%.
Berdasarkan hasil perhitungan indeks produksi untuk daging ayam mengalami penurunan pada bulan September ini. Sehingga memicu kekuatiran bahwa harga daging ayam masih berpeluang untuk mengalami kenaikan pada bulan Oktober mendatang.
Sementara untuk harga beras, sejauh ini pasokan Bulog cukup banyak hingga tutup tahun, ditambah intervensi yang dilakukan Bulog beserta penyaluran beras untuk Bansos. Maka saya menilai gejolak harga beras akan mampu diredam dibulan Oktober mendatang.
Load more