Aceh Singkil, tvOnenews.com - Harga beras yang terus melambung tinggi membuat warga Kabupaten Aceh Singkil mulai mengolah sari pati pohon sagu sebagai alternatif pengganti nasi.
Di Desa Rantau Gedang dan Teluk Rumbia, Kecamatan Singkil, Kabupaten Aceh Singkil misalnya, warga mulai kembali giat mengolah pohon-pohon sagu yang banyak terdapat di sekitar desa mereka. Sari pati pohon sagu ini diekstrak secara tradisional, untuk menggantikan beras yang harganya kian tak masuk akal.
Sebelum kenaikan, harga beras di wilayah ini berkisar sekitar Rp165 ribu untuk ukuran karung 15 Kilogram, kini dengan ukuran yang sama harganya melambung hingga Rp215 ribu.
Kenaikan harga yang tinggi dan kondisi perekonomian warga yang sedang sulit imbas kesulitan berusaha akibat pandemi korona beberapa tahun lalu, membuat warga mau tak mau harus memanfaatkan sumber-sumber karbohidrat lain yang ada di lingkungan sekitar mereka.
“Pengolahan sagu secara tradisional ini memang keahlian turun temurun dari nenek moyang kami, biasanya dijual untuk bahan kue, tapi sekarang mulai digunakan untuk menggantikan nasi,” kata Nazar, salah seorang warga Aceh Singkil.
Pohon sagu memang mudah ditemukan di wilayah Aceh Singkil, terutama di areal rawa-rawa dan aliran sungai, warga pun sudah mulai mengekstrak pati sagu dari pohon sagu sejak ratusan tahun yang lalu, sejak masa awal-awal wilayah ini dihuni.
"Cara mengolahnya terbilang mudah, batang sagu yang sudah cukup umur dipotong-potong, dibuang bagian kulit, lalu bagian tengah dicacah hingga halus dan patinya disaring, ditunggu sekitar 2 minggu, pati sagu ini pun siap dikonsumsi,” kata Nazar.
Load more