Selain itu juga karena pemahaman orang Bangka terlalu dini, sehingga hal-hal yang berhubungan dengan tulisan Arab dan atau lainnya dianggap mengandung musibah sehingga ada yang dibakar, dihanyutkan dan dibuang.
"Kami ingin melalui pameran dengan tema "bekinjak" ini bisa mengenalkan, mengungkap dan menceritakan manuskrip dan naskah kuno yang ada sehingga masyarakat mengenal budaya yang ada di daerahnya sendiri," ungkapnya.
Terkait dengan tema "bekinjak", kata lokal yang sering digunakan masyarakat Melayu Jerieng Pulau Bangka ini bermakna bercanda, bersenda gurau atau main-main.
"Kami ingin menyajikan sebuah kisah dan jejak sejarah dengan penuh kegembiraan agar mudah dipahami dan dekat dengan masyarakat," katanya.
Dalam pameran ini akan menyaksikan keindahan dan kearifan lokal yang terpatri dalam setiap tulisan dan gambar.
"Ini salah satu upaya nyata kita untuk merangkul sejarah, menghormati para pendahulu, dan mewariskan kekayaan ini kepada generasi yang akan datang. Kami akan sajikan informasi seputar manuskrip dan arsip kuno yang ada di Pulau Bangka khususnya di wilayah Bangka Barat, kami harapkan bisa bermanfaat dalam upaya pemajuan kebudayaan kita," bebernya.
Selain memamerkan foto manuskrip dan arsip kuno, kegiatan itu juga akan dilengkapi dengan penampilan Hikayat Amang Ikak oleh Ihsan Mokoginta Dasin dan dilanjutkan dengan diskusi manuskrip dan arsip kuno bersama Tengku Sayyid Deqy dan Suryan Masrin. (ant/aag)
Load more