"Maka, wajar saja kalau Cak Imin atau cawapres lain merasa seperti ada semacam kecurigaan, terheran-heran," kata Syafrudin.
Penampilan debat Gibran dinilai sebagai suatu hal yang tak biasa sehingga timbul berbagai macam persepsi publik seakan-akan ia memanfaatkan teknologi yang mendukung kelancaran berbicaranya.
"Bahkan berbagai macam pendapat-pendapat mengarah pada bahwa ini ada rekayasa teknologi di mana cawapres lain itu tidak memiliki perangkat yang sama. Itu kan terang benderang kita lihat di TV, Gibran ini memiliki lebih banyak mikrofon dan itu tidak sama dengan cawapres yang lain. Rasanya publik sudah tahu semualah itu ada rekayasa," tukas Syafrudin.
Dengan keadaan begitu, dosen USU lulusan Doktor dari University Sains Malaysia tersebut menyayangkan sikap KPU yang diduga ada keberpihakan terhadap salah satu kandidat.
"Saya kira sangat menyesalkan di mana KPU sebagai operatornya itu kan mestinya harus ada pertanggungjawaban publik jangan sampai menimbulkan kecurigaan. Masa itu mereka tahu tapi terjadi pembiaran, itu kan merugikan publik," ungkap alumnus Magister dari Universitas Indonesia itu.
Syafrudin menduga KPU melakukan pembiaran atas upaya yang dilakukan salah satu cawapres yang tidak fair dalam melancarkan debatnya. Pihak cawapres Gibran diduga melakukan rekayasa habis-habisan untuk membuat keok Cak Imin dan Mahfud MD. (iin/wna)
Load more