Bengkulu, tvOnenews.com - Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) liar berjenis kelamin betina yang diperkirakan indukan dewasa berusia 20 tahun ditemukan mati dengan posisi telungkup. Hewan berbobot besar ini ditemukan telah menjadi bangkai di sekitar koordinat 2°50'2.09"S - 101°39'31.07"E tak jauh dari jalan log dalam kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) Air Ipuh 1 register 65, sekitar 3,5 kilometer dari batas Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) di Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu.
"Tidak diketahui penyebab pasti kematian gajah tersebut," kata Kepala Seksi Konservasi Wilayah I BKSDA Bengkulu, Said Jauhari, Sabtu (6/1/2024).
Anggota Konsorsium Bentang Alam Seblat, Egi Saputra yang juga Direktur Yayasan Eksekutif Genesis Bengkulu membeberkan, bangkai gajah ditemukan di kawasan hutan negara yang dibebani Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan (PBPH) atas nama PT Bentara Arga Timber (BAT). Melalui Surat keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan nomor SK 529 tahun 2021 dengan luas konsesi 22.020 hektare. Jenis usaha pemanfaatan hutan untuk kegiatan pemanfaatan hasil hutan kayu hutan alam.
"Secara spesifik dari total luasan konsesi PT BAT, wilayah yang masih dapat disebut hutan hanya 13.968,50 hektare, sisanya sudah habis dikonversi menjadi belukar dan kebun sawit. Konsorsium Bentang Alam Seblat mencatat setidaknya ada 3.485,16 hektare telah berubah menjadi semak belukar dan ada ratusan titik sebaran kebun sawit dengan total luas lebih dari 4.566,34 hektare dalam konsesi yang pada tahun 2021 lalu juga ditemukan bangkai gajah," beber Egi, Sabtu (6/1/2024).
Dari analisis Konsorsium Bentang Alam Seblat (KBS) periode 2023, dari 80.978 hektare total luas kawasan Bentang Alam Seblat, tutupan hutannya hanya sebesar 49,7 ribu hektare (61,5 persen), dan sisanya 31,1 ribu hektare (38,5 persen) tidak berhutan.
Selain itu, lanjut Egi, wilayah gajah mati yang hilang caling (gading) tersebut berada di areal RKT (Rencana Kerja Tahunan) PT BAT. Gajah tersebut diperkirakan terdesak akibat maraknya perambahan dan penebangan. Hal ini dibuktikan dengan lokasi temuan gajah mati tersebut tidak berada di jalur konektivitas.
Sementara itu, Ali Akbar Ketua Kanopi Hijau Indonesia sekaligus Penanggungjawab Konsorsium Bentang Seblat mengatakan, kondisi tutupan lahan di Bentang Alam Seblat ini menunjukkan tidak seriusnya pemerintah dan pihak perusahaan dalam mengamankan kawasan hutan. Hal itu dibuktikan dengan tingginya aktivitas perambahan dan penguasaan hutan di Bentang Alam Seblat.
Load more