"Dalam komunikasi politik ada (istilah) the invasion of stage management atau pengelolaan panggung depan dan panggung belakang. Apa yang disampaikan Presiden Jokowi terkait dengan netralitas kepala daerah dan apa yang direpresentasikan ke publik Bobby Nasution selaku Wali Kota Medan itu adalah bagaimana panggung depan itu mereka seakan-akan nggak ada masalah," jelas Syafrudin di Medan, Sabtu (20/1/2024).
Namun, Syafrudin memandang jika secara back stage (panggung belakang) seperti teore politik yang ia kemukakan, apa yang dilakukan Bobby tentu akan menjadi masalah besar.
"Tapi di panggung belakangnya saya kira itu bermasalah besar, karena bagaimana mungkin mereka sebagai representasi publik sekarang ini publik tidak bisa menilai dengan sesungguhnya bahwa yang mereka katakan itu melakukan pembenaran sendiri. Secara panggung belakang mereka istilahnya ada komunikasi politik antara presiden dengan menantunya sudah pasti seperti itu," terang dosen USU lulusan Doktor dari Universiti Sains Malaysia itu.
Syafrudin tak memungkiri kalau Bobby Nasution pun tidak mematuhi apa kata mertuanya, Presiden Jokowi terkait netralitas, walaupun Bobby mengganggap bahwa dia tidak menyalahi aturan karena bukan ASN.
"Saya kira di dalam peraturan semua sudah jelas, tapi dalam hukum selalu ada celah, daerah abu-abu, setiap orang akan memanfaatkan itu. Siapa pun ketika dia merepresentasikan publik tentu dia mengatakan 'oh nggak ada aturan yang saya tabrak' tapi publik akan memperhatikan," kata Syafrudin.
"Karena ada aturan abu-abu, 'saya bukan ASN' itu kan abu-abu, tapi itu kan sebuah penanda bahwa dia bersembunyi di balik lalang, ibarat kata bersembunyi di balik lalang itu ketahuan semua, bahwa apa yang dilakukan Bobby sudah jelas memelintir statement Presiden walaupun itu mertuanya," pungkas alumnus Magister UGM itu. (iin/wna)
Load more