Medan, tvOnenews.com - Memiliki hobi traveling, seorang Caleg DPRD Sumut dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Daerah Pemilihan Sumut 7, nomor urut 2, memiliki gagasan dan kritis terhadap pengelolaan lingkungan, hutan, kebencanaan, ekowisata dan konservasi. Baginya, kesempatan berkeliling ke berbagai negara di dunia membuatnya belajar dan mengadopsi hal-hal positif yang tidak ia temukan di Indonesia.
Ia adalah Yudha Lesmana Pohan, pria berusia 37 ini bukan pengusaha, bukan berasal dari keluarga politisi, bukan pula orang yang sudah lama bergelut di dunia politik. Baginya, tekad menjadi wakil rakyat itu didasari dengan mimpinya membawa kemajuan di bidang pelestarian alam, lingkungan, konservasi, hingga ekowisata.
Kesempatan menjadi kontestan di pesta demokrasi 2024 ini seolah memberikan harapan bagi caleg muda untuk ambil bagian. Meski bermodalkan finansial yang minim, putra ketiga dari lima bersaudara ini gigih melakukan sosialisasi di wilayah dapil 7, yang mencakup Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Padang Lawas, Padang Lawas Utara, dan Padangsidimpuan.
"Kenapa saya terjun ke politik? Karena isu-isu kehutanan dan lingkungan saat ini tidak ada yang menyuarakan di gedung dewan. Sebagai sarjana kehutanan dan magister kehutanan. Saya mengerti betul atas masyarakat tani hutan dalam mengelola hutan sebagai penopang hidupnya. Masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari hutan, sudah menjadi tradisi mata pencarian yang tidak bisa dipisahkan. Banyak sekali orang tua menyekolahkan anak-anaknya yang pendapatannya berasal dari hasil panen durian, coklat, salak, petai, aren dan sebagainya," ujar Yudha.
Yudha Lesmana Pohan (tengah baju biru) saat sosialisasi di Tapanuli Selatan. (tim tvOne/tim tvOne)
Selama ini, Yudha dikenal sebagai aktivis yang selalu vokal tentang isu-isu lingkungan dan deforestasi hutan yang ugal-ugalan. Ia memandang bahwa banyak masyarakat Tabagsel yang benar-benar hidup bergantungan dengan alam.
“Seseorang dapat sekolah tinggi di sana dengan hasil ladang orang tuanya, saya ingin anak-anak muda Tabagsel sadar jika selama ini alam memiliki kontribusi yang nyata bagi kehidupannya, termasuk mampu membayar biaya sekolah di perguruan tinggi,” ujar pria kelahiran Medan 26 Mei 1987 itu.
Load more