Mirisnya lagi, kata Sandy, guru yang slotnya kosong itu adalah mata pelajaran yang umum. Misalnya, mata pelajaran agama, matematika, IPA, hingga IPS.
Lanjutnya menjelaskan, untuk saat ini, upaya yang bisa dilakukan Pemkab Toba hanyalah memaksimal kualitas guru yang ada.
“Setiap tahunnya, kami melaksanakan pelatihan guru-guru. Akan tetapi, terkadang sistem zonasi penerimaan anak didik membuat para guru kesulitan menerapkan sistem pembelajaran tepat sasaran,” pungkasnya.
“Banyak terjadi penumpukan siswa berasal dari sejumlah kecamatan bahkan luar kabupaten berfokus di satu titik wilayah saja karena perpindahan KK (kartu keluarga) peserta didik," ungkap Sandy.
Oleh karena itu, langkah efektif yang bisa dilakukan adalah mengajak akademisi dari Toba untuk membangun pendidikan di kampung halaman sendiri. (aag)
Load more