Mandailing Natal, tvOnenews.com - Ratusan pasien keracunan gas tambang panas bumi PT Sorik Merapi Geotermal Power di Kabupaten Mandailing Natal (Madina) Sumatera Utara tinggalkan rumah sakit. Para korban dinyatakan telah pulih oleh pihak rumah sakit.
Korban keracunan akibat paparan gas beracun dari tambang panas bumi sejak Jumat sore kemarin berangsur meninggalkan rumah sakit.
Seperti di Rumah Sakit Umum Permata Madina, dari 59 pasien yang mengalami keracunan, pada hari ini, Sabtu (24/2/2024) tinggal satu pasien yang belum meninggalkan rumah sakit karena kondisinya belum 100 persen pulih.
Nur Afni (32), warga Sibanggor Julu masih menjalani perawatan di salah satu ruangan di rumah sakit tersebut.
"Masih lemas pak, pusing tapi sudah jauh mendingan, kalau boleh kata dokter pengen pulang juga," keluh Nur Afni.
Sementara itu, Kepala Humas RSU Permata Madina, Ali Mukmin Harahap, menyebutkan kondisi korban berbeda dengan pasien lainnya karena dalam kondisi hamil muda.
"Tertotal jumlah pasien yang diduga terpapar H2S ada 59 pasien, hingga hari ini sudah pulang, tinggal Nur Afni, kondisinya masih lemah, kondisi ibu sedang hamil dua bulan, masih ada penanganan lebih lanjut. Rata-rata pasien mengeluh mual, pusing dan bahkan muntah-muntah. Dugaan sementara keracunan H2S, namun pastinya masih dalam pemeriksaan," terang Ali Mukmin Harahap.
Hal yang sama juga terlihat di RSUD Panyabungan, dari 46 pasien yang mengalami keracunan seluruhnya sudah pulang ke rumah masing-masing.
Pada Kamis malam (22/2/2024) lalu, ratusan warga Sibanggor Julu dan Sibanggor Tongga Kecamatan Puncak Sorik Merapi dilarikan ke berbagai rumah sakit karena mengalami keracunan massal.
Warga dua desa tersebut mengeluhkan pusing, mual bahkan muntah-muntah akibat menghirup gas berbau busuk yang diduga jenis H2S.
Pada hari yang sama, pihak perusahaan tambang panas bumi, PT Sorik Merapi Geotermal Power (PT SMGP) sedang melakukan aktivitasi atau uji alir sumur tambang panas bumi di V-01 sekitar 700 meter dari permukiman warga.
Pihak perusahaan membuka sumur tambang untuk mengukur kekuatan panas bumi yang dihasilkan. Diduga panas bumi yang keluar juga mengandung gas berbahaya jenis H2S atau hidrogen sulfida.
Kejadian yang sama kerap berulang saat dilakukan uji alir sumur tambang, bahkan awal tahun 2021 lalu mengakibatkan lima orang meninggal dunia akibat terpapar gas H2S.
Sementara itu, pihak perusahaan tambang panas bumi, PT SMGP yang dijadwalkan hadir padab pertemuan antara masyarakat, pemerintah dan perusahaan pada Jumat sore (23/2/2024) di Aula kantor Bupati Madina justru tidak hadir. (rsr/wna)
Load more