Menurut Alismar struktur pembangunan jalan yang dibangun itu ada yang salah hingga masyarakat tak sempat menikmati jalan tersebut hingga pemuda berinisiatif membangun jembatan darurat.
“Jalan itu dibangun senilai Rp300 juta tak bertahan lama sedangkan kami membuat jembatan alternatif kurang lebih Rp1,5 juta sampai sekarang masih bertahan,” ucapnya.
Dikatakannya, pembangunan jembatan ini berasal dari sumbangan warga dibantu oleh pemuda dikerjakan secara bersama-sama.
Jika tak dibangun jembatan alternatif ini maka warga harus menempuh jalan lain ke Bukik Lontiak yang membutuhkan akses lebih jauh sekitar 16 Km.
Jembatan alternatif tersebut akses utama bagi masyarakat untuk mencari kehidupan serta para guru juga melintasi jembatan itu untuk mengajar ke sekolah.
Ia berharap pemerintah kembali memperhatikan dan membantu jalan terban ini hingga masyarakat bisa mengakses jalan ini tanpa ada rasa takut.
“Kami berharap jalan terban ini kembali dibantu dan dibangun secara benar dan baik, tak asal-asalan hingga warga bisa menikmati kembali, takutnya jembatan ini tak bertahan lama kemudian menimbulkan kecelakaan,” pungkasnya. (bra/nof)
Load more