Pesimisme akan tercapainya target itu terlebih dari jumlah kunjungan wisman ke Kepri pada triwulan pertama 2024 yang baru menyentuh di angka 400 ribu. Jumlah ini disebut Guntur tidak relevan dari target triwulan pertama yang seharusnya mencapai 700 ribu kunjungan untuk mencapai target semula sebesar 3 juta kunjungan.
Namun, lanjut Guntur, target ditetapkan Kemenparekraf untuk tahun 2024 ini akan menjadi relevan jika target itu merupakan sebuah effort kepada Kepri sebagai border tourism. "Effortnya ada insentif regulasi dalam bentuk kebijakan Visa on Arrival Kepulauan Riau. Itu diperjuangkan setelah Menpar mengeluarkan pernyataan target kunjungan wisatawan sebesar 3jt kunjungan," sebut Guntur.
Guntur berharap insentif regulasi berupa penerapan short term visa dapat diterapkan tahun ini, sehingga menjadi sesuatu yang menguntungkan Kepulauan Riau sebagai border Tourism. Regulasi itu dia katakan akan menjadi "obat" bagi ekosistem pariwisata di Kepri yang hari ini dianggap sedang tidak baik-baik saja karena kendala aksesibilitas, baik soal visa maupun tarif.
"Dengan munculnya kebijakan baru ini nantinya, iklim pariwisata kita akan semakin kompetitif, dan target kunjungan bisa tercapai," sebut Guntur.
Menurut Guntur, karakter wisman yang berkunjung ke Kepri adalah wisatawan dengan jarak dan waktu yang pendek disebabkan jarak yang sangat dekat dengan Singapura dan Malaysia. Di kedua negara yang kini menduduki jumlah wisman terbanyak di Kepri ini juga cukup banyak terdapat penduduk negara asing subject visa sebagai pemegang permanent residence.
"Mereka yang umumnya ekspatriat memiliki potensi yang tidak sedikit untuk berlibur ke Kepri," jelas dia.
Guntur lalu mencontohkan, Kepri saat ini merupakan daerah dengan lapangan golf terbanyak, yakni 10 lapangan golf berskala internasional. Tujuh lapangan berada di Bintan, dan tiga lagi berada di Bintan. "Kalau warga negara asing yang tinggal di Singapura atau Malaysia harus bolak balik ke Kepri untuk bermain golf tetapi harus membayar visa, maka itu dinilai tidak kompetitif," sebutnya.
Load more