Pringsewu, tvOnenews.com - Keluarga besar di Dusun Saribumi, Pekon Wates Selatan, Kecamatan Gadingrejo, Pringsewu, Lampung, tengah berduka mendalam setelah terjadinya peristiwa pembunuhan sadis yang menimpa Feri Handika (37).
Pembunuhan ini dilakukan oleh Arfan Gunawan (27), paman dan keponakan yang tinggal berdampingan dalam lingkungan pondok pesantren.
Peristiwa tragis ini terjadi tepat di depan rumah Arfan, dengan ceceran darah yang masih terlihat di lokasi kejadian. Garis polisi terpasang untuk menandai area yang penuh dengan jejak darah.
Korban, Feri Handika sempat berlari ke masjid yang berjarak sekitar 30 meter dari lokasi pertama untuk meminta pertolongan, namun darah juga terlihat di pintu masuk masjid.
Istri korban, Warsina (27), yang menyaksikan peristiwa tersebut secara langsung, mengungkapkan betapa terpukulnya dirinya atas kejadian ini.
“Suami saya adalah sosok ayah yang baik dan penyayang. Saya sangat terpukul dan tidak menyangka akan terjadi hal buruk seperti ini. Saya tidak memiliki firasat sebelumnya," ujar Warsina pada Sabtu (27/7/2024).
Warsina menambahkan bahwa hubungan antara suaminya dan pelaku sempat memburuk dalam beberapa bulan terakhir.
“Sejak beberapa bulan lalu, hubungan mereka kurang harmonis. Suami saya meninggalkan dua anak kecil yang kini tidak memiliki ayah. Kami berharap pelaku dihukum seadil-adilnya," pintanya dengan penuh harap.
Menurut Warsina, saat kejadian, dia melihat suaminya dibacok-bacok dengan sebilah pisau.
“Saya melihat dari jendela rumah, suami saya dianiaya dengan brutal. Dia sudah berlari, tetapi tetap dikejar oleh pelaku. Kejadian itu berlangsung sangat cepat," jelasnya dengan mata berkaca-kaca.
Warsina juga menjelaskan bahwa sebelum kejadian, suaminya sempat menggeber-geber motor yang mungkin membuat pelaku marah, mengingat anak pelaku sedang tidur.
“Pelaku tampaknya sangat marah dan mengamuk dengan senjata tajam," jelasnya.
Paman korban, Ansori, turut menyatakan kesedihannya. Antara pelaku dan korban hubungannya dekat yaitu pelaku keponakan korban. Hubungannya paman dan keponakan.
“Antara korban dan pelaku memiliki hubungan dekat sebagai paman dan keponakan. Korban sempat menggeber-geber motornya, dan pelaku yang sedang mengupas kelapa merasa terganggu oleh suara tersebut. Ketegangan ini memicu pembunuhan," jelas Ansori.
Feri Handika akhirnya dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum setempat, sementara keluarga yang ditinggalkan, termasuk dua anak kecil dan istri, berusaha menghadapi kehilangan yang mendalam ini.
Kasus ini masih dalam penyelidikan pihak kepolisian, dan diharapkan pelaku dapat diadili dengan seadil-adilnya sesuai dengan hukum yang berlaku. (puj/nof)
Load more