Mereka berkumpul tidak hanya untuk kepentingan mengelola kolam, tetapi juga untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman seputar budi daya ikan dengan membuka akun media sosial untuk dokumentasi aktivitas kelompok itu.
Selain itu, di sekitar kolam-kolam tersebut, tersedia lahan yang tertata sedemikian rupa untuk menanam berbagai tanaman obat dan sayuran yang bisa digunakan oleh masyarakat sekitar.
Di tanah, di baskom-baskom putih dengan sistem hidroponik, di dalam kantong-kantong polybag hitam, terlihat warna hijaunya daun dan merah cabai yang masih bertahan di tangkai-tangkai tumbuhan.
Tanaman obat, seperti binahong, patikan kebo, meniran hijau, jahe, dan kunyit ditanam di sekitar kolam, dan dipupuk dengan air kolam yang mengandung kotoran ikan. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada yang terbuang dari limbah usaha itu, sehingga airnya pun bisa digunakan sebagai pupuk alami.
Inisiatif ini bukan hanya membantu dalam ketahanan pangan lokal, tetapi juga membuka alternatif penyediaan bahan obat tradisional bagi warga setempat yang membutuhkan. Banyak tetangga dan kerabat menghubungi Rohim dan kawan-kawan, bertanya apakah di arealnya tersedia tanaman tertentu.
Setelah menikmati manfaat, baik berupa harapan panen ikan, maupun kesehatan dan kebahagiaan hidup karena memiliki aktivitas positif, kelompok itu berharap program dari Pemerintah Kota Batam ini terus berkembang dan semakin banyak masyarakat di kota yang berbatasan dengan negara lain, Singapura, itu ikut menjadi pelaku budi daya ikan.
Dalam waktu dekat, kelompok ini akan melakukan panen perdana, yang menjadi langkah awal menuju kemandirian sebagai pokdakan. Mereka tidak perlu bingung untuk mencari pasar hasil panen itu karena sudah difasilitasi oleh dinas perikanan setempat.
Load more