Batam - "Wali Kota help us. We want resettlement. UNHCR wake up." Beberapa kalimat yang diteriakan para demostran pengungsi asal Afganistan di depan kantor Pemerintahan Kota (Pemko) Batam, Selasa (08/02/2022)
Di bawah guyuran hujan, para massa aksi berjalan dari perumahan Royal Grande menuju Pemko Batam membawa anak dan istrinya.
Berharap pemerintah melaui United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) segera membawa mereka ke negara ketiga.
Hampir satu dekade tanpa kewarganegaraan membuat para pencari suaka ini merasa frustasi. Bahkan sampai ada yang nekat mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.
"Karena kelalaian IOM dan UNHCR, lebih dari 100 kasus bunuh diri telah dilakukan pengungsi di seluruh Indonesia dan 14 di antaranya berhasil melakukan bunuh diri," kata Ahmad Syadi, salah satu pencari suaka asal Afghanistan, Selasa (08/02/2022).
Ahmad merasa telah disandera selama kurang lebih satu dekade di Indonesia tanpa Hak Azasi Manuasia oleh UNHCR dan IOM.
"Hak Azasi Manusia para pengungsi dilanggar. Tidak memiliki hak atas pendidikan, pekerjaan atau kebebasan," kata dia.
Menurutnya sebagian besar pengungsi menderita peyakit mental dan fisik yang parah karena tidak adanya pemukiman mendapat suaka.
"Jauh dari keluarga (anak, istri, pasangan, orang tua) membuat kita tidak ada dukungan emosional," kata dia.
Mereka berharap, UNHCR dan IOM segera memindahkan mereka ke negara ketiga agar mereka mendapatkan hak yang tidak bisa mereka dapatkan karena status pencari suaka.
Padahal menurut Ahmad, negara ketiga seperti Amerika Serikat Kanada Inggris dan Uni Eropa telah memberi pengumuman menerima pencari suaka sebanyak 105.000 orang.
"Tapi kami yang 7.500 di Indonesia ini tak kunjung dikirim ke negara ketiga," katanya.
Ahmad juga mewakili rekan sesama pengungsi meminta maaf atas ketidaknyamanan karena aksi yang mereka lakukan belakangan ini.
"Kami minta maaf, kami hanya ingin kepastian dari UNHCR," katanya. (Alboin/Lno)
Load more