Pekanbaru, tvonenews.com – Pidato Presiden Prabowo tentang kelapa sawit mendapat apresiasi dari petani sawit dari Aceh sampai Papua. Namun demikian ada beberapa kelompok masyarakat justru kepanasan dan tidak menyukai pidato Presiden ke delapan tersebut.
Dukungan dan Apresiasi dari 17 juta kepala keluarga petani sawit dari Aceh sampai Papua dan dukungan dari mahasiswa penerima beasiswa sawit di 23 kampus sangat ramai di media sosial sembari memberi picmotion "i love u Pak Presiden Prabowo".
"Sudah lama dinanti-nanti oleh 17 juta KK Petani sawit dari Aceh sampai Papua dan kami sangat bahagia menyimak pidato Presiden Prabowo tersebut baik melalui kanal youtube Kementerian PPN/Bappenas maupun dari hasil download," ujar Ketua Umum DPP APKASINDO, Gulat ME Manurung.
Menurut Gulat bahwa pidato Presiden Prabowo merupakan wujud Merah Putih Sawit Indonesia yang selama ini terabaikan akibat selalu disudutkan. Arahan Presiden tersebut merupakan implementasi Asta Cita yang mewakili kepentingan masyarakat Indonesia.
“Pernyataan tegas Presiden tersebut langsung diarahkan ke semua Menteri, Gubernur, aparat penegak hukum, dan semua anak bangsa untuk menjaga aset Indonesia, yaitu sawit," kata Gulat.
Arahan Presiden tentang membuka kebun sawit yang baru adalah dalam arti luas untuk produktivitas (protas) jadi jangan disalah arahkan. “Oleh karena itu kita harus sepaham bahwa meningkatkan produktivitas sawit itu dapat dilakukan melalui dua cara,” terangnya.
Pertama, peplanting atau PSR (Peremajaan Sawit Rakyat) atau dikenal dengan intensifikasi atau hulunisasi. Karena melalui PSR maka produktivitas sawit rakyat akan naik 3-4 kali lipat. Faktanya saat ini produktivitas kebun sawit rakyat baru 25 persen sampai 30 persen dari potensinya (artinya ada 60 persen sampai 70 persen peluang terlewatkan). Saat ini, produktivitas kebun sawit rakyat hanya 400 Kg-900 Kg TBS/Ha/bulan (rendemen hanya 18-22 persen) atau produktivitasnya 1,5 ton-2 ton CPO/Ha/tahun, setelah replanting akan naik menjadi 2,5 ton-3,5 ton TBS/Ha/tahun dengan rerata rendemen 26 persen sampai 32 persen atau produktivitas CPO naik menjadi 6 ton-8 ton CPO/Ha/tahun setelah PSR.
Kedua, strategi ekstensifikasi atau menambah luas. Tentu harapan ini sangat terbuka luas mengingat hutan Indonesia masih jauh lebih luas di atas standar minimun (hutan vs non hutan). Namun kami menyarankan lebih mengoptimalkan tanah terdegredasi atau terlantar, eks pertambangan atau klaim kawasan hutan yang sudah tidak berhutan sebagaimana rekomendasi hasil riset Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB tahun 2023. Jadi sawit itu memiliki sifat sama dengan tanaman hutan bahkan di berbagai sisi memiliki sifat bahkan lebih baik dari tanaman hutan dalam menghasilkan Oksigen, menyerap CO2 dan sangat hemat menggunakan air.
“Kampanye nagatif selama ini adalah politik perdagangan jadi harus dilawan dengan politik juga, gak bisa hanya jadi penurut saja dan statement Pak Prabowo sangat berkelas Merah Putih," tegas Gulat.
Selanjutnya Gulat menegaskan bahwa moratorium itu jangan diartikan sempit. Moratorium itu adalah tidak membuka hutan yang masih berhutan untuk perkebunan sawit.
Demikian juga dengan kebun sawit korporasi yang protasnya rendah supaya wajib diremajakan, tentu dengan pendanaan internal korporasi tersebut.
Selanjutnya, Gulat juga menegaskan kepada berbagai pihak supaya menghentikan penggunaan berbagai istilah yang menyudutkan sawit. Menurutnya semua harus tegak lurus mengikuti arahan Presiden Prabowo bahwa sawit menjadi aset negara yang harus dijaga semua elemen masyarakat tanpa terkecuali. (Man/wna)
Load more