Tak hanya merugi, kini dirinya kesulitan mencari daging babi, karena penyakit ini diduga telah mewabah ke seluruh desanya.
“Kalau kerugian capai Rp.20 juta. Harus cari babi lainnya, itupun mungkin mahal karena peternak lain mungkin sudah tahu wabah ini," kata Samurung Manalu menambahkan.
Senada dengan yang diungkapkan Samurung Manalu, peternak lainnya juga mengungkapkan kesedihannya akibat hewan peliharaannya juga telah terjangkit, dan mati dengan gejala yang sama.
Mak Dapot boru Hutapea mengatakan, sebanyak 19 ekor ternaknya disapu bersih oleh penyakit tersebut dan mengakibatkan kerugian yang cukup besar.
“Saya punya anak babi ada 18 ekor, jika dijual per ekornya bisa sekitar 700 ribu sampai 1 juta. Belum lagi induknya yang mati seberat 80 kilogram, biasanya dijual Rp.50 ribu per kilogramnya," jelasnya.
Ia katakan, tak banyak yang dapat diperbuat untuk menyelamatkan ternaknya akibat minimnya pengetahuan atau sosialisasi dari dinas terkait.
Belum diperoleh keterangan dari Dinas Peternakan Kabupaten Tapteng terkait peristiwa yang dialami warga peternak babi di desa itu. (ssg/nof)
Load more