Ia berharap semoga pemerintah bersama aktivis pengurangan risiko bencana kembali menyiapkan masyarakat untuk ini.
Badrul menjelaskan di pulau Sumatera, terdapat pergerakan lempeng Indo-Australia menabrak dan menujam ke bawah lempeng Eurasia menghasilkan rangkaian busur pulau depan atau zona prismatik akresi yang non-vulkanik, di antaranya Kepulauan Nias dan Mentawai.
Subduksi ini kemudian menghasilkan potensi gempa kuat dan sangat kuat. Di darat ia juga menghasilkan potensi gempa tektonik, di antaranya gempa Talamau di Pasaman yang baru saja terjadi dengan kekuatan M6,1 pada 25 Februari 2022.
Subduksi yang menghasilkan megathrust Mentawai, terbagi ke dalam dua segmen, yakni segmen Siberut dan Sipora-Pagai.
Pada kedua segmen ini terdapat potensi gempa sangat kuat dengan periode ulang antara sekitar 200-300 tahun.
Segmen Sipora-Pagai telah terjadi periode ulangnya setelah 1833, dengan terjadinya rangkaian gempa 12 September 2007 (M8,4), 13 September 2007 (M7,9 dan 7,2), dan 25 Oktober 2010 (M7,4).
Yang terakhir pada 25 Oktober 2010 menimbulkan tsunami, karena terpenuhinya syarat terjadinya, yakni yang episentrumnya persis di patahan naik, baratdaya Pagai Selatan. (ant/ito)
Load more