Bandar Lampung, Lampung - Dari sudut Jalan Purnawirawan Raya, Gang Purnawirawan VC, Kelurahan Langkapura, Kota Bandar Lampung, nampak seorang wanita paruh baya sedang sibuk menyusun kayu bakar untuk memasak. Ya, saat tvOneNews.com menghampiri wanita paruh baya bernama Sumiati, sedang memasak santun yang merupakan salah satu bahan untuk memasak Segubal.
Segubal atau biasa disebut juga sekubal, merupakan makanan khas masyarakat Lampung. Makanan berbahan dasar beras ketan, santan dan garam ini, selalu menjadi ciri khas bagi masyarakat Lampung saat bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri.
Biasanya masyarakat Lampung menyajikan segubal ketika ramadhan dan hari raya Idul Fitri, dengan didampingi makanan lain seperti rendang, opor ayam, kuah santan, dan makanan lainnya sesuai selera. Selintas kuliner segubal mirip dengan lontong nasi yang dibungkus daun pisang.
Untuk memasak segubal diperlukan waktu hingga berjam-jam, mulai dari pemasakan santan hingga perebusan segubal sampai siap disajikan dan dikonsumsi.
Cara membuatnya pertama santan kelapa diaron atau dimasak sampai matang. Kemudian setelah itu dimasukan ketan setelah masak kemudian di cetak, setelah itu dibungkus dengan daun pisang lalu dikukus. Setelah dikukus, segubal bisa disantap.
Menurut Sumiati, kesulitan dalam pembuatan kue khas Lampung ini adalah, mendapatkan kualitas bahan baku yang sesuai untuk mendapatkan tekstur yang pas tidak terlalu keras maupun lembek. Selain itu proses membungkus segubal juga harus dilakukan secara hati-hati, supaya ketika di kukus bungkusan segubal tidak pecah dan robek.
"Kami membuat segubal ini tidak setiap hari, tergantung dengan pesanan. Seminggu hanya beberapa kali saja membuat segubal. Dibutuhkan waktu berjam-jam dalam proses pembuatan segubal," tutur Sumiati.
Load more