Asahan, Sumatera Utara – Masyarakat Sumatera Utara, khususnya Kabupaten Asahan sudah tidak asing lagi dengan nama Masjid Agung Haji Achmad Bakrie. Masjid ini terletak sangat strategis yakni berada di komplek perkantoran dan alun alun kota.
Sesuai dengan namanya, masjid yang diresmikan pada tahun 2019 oleh Aburizal Bakrie dan keluarga dibangun sebagai salah satu bentuk penghormatan kepada Haji Achmad Bakrie.
Achmad Bakrie merupakan tokoh masyarakat dan pengusaha yang berjasa dalam pembangunan perkebunan di daerah ini
Masjid pertama kali diprakarsai oleh Almarhum Buya Taufan Gama Sumatupang, Bupati Asahan saat itu.
“Masjid ini pertama kali diprakarsai oleh Almarhum Buya Taufan Gama Sumatupang, Bupati saat itu,” kata H. Ahmad Kosim Marpaung, Ketua Imaroh Masjid Agung Ahmad Bakrie, Minggu 10 April 2022.
Penamaan masjid sebagai Masjid Agung Achmad Bakrie sebagai bentuk penghormatan, karena tanah untuk pembangunan masjid adalah pemberian Achmad Bakrie atau keluarga Bakrie.
“Penamaan masjid ini merupakan bentuk penghormatan, karena tanah untuk pembangunan masjid ini adalah pemberian dari Achmad Bakrie atau keluarga Bakrie,” tambahnya.
Tanah yang diberikan keluarga Bakrie adalah dua puluh hektare, khusus Masjid dibangun diatas tanah enam hektare yang dapat menampung enam ribu jemaah.
Menjadi ikon dan sering dijadikan maskot Pemerintah Daerah Kabupaten Asahan, arsitektur masjid ini nampak begitu indah dan mempesona dengan dominasi cat putih dan kuning keemasan yang cerah.
Masjid ini memiliki tiga lantai, lantai satu digunakan sebagai tempat wudhu dan perkantoran, sementara untuk lantai dua dan lantai tiga dijadikan sebagai ruang salat utama, yang di mana warnanya didominasi oleh warna kuning dan cokelat keemasan.
Interiornya kental dengan motif melayu, baik bagian pintu dan jendela yang terbuat dari kayu, maupun bagian luar terlihat jelas ornamen ornamen budaya melayu.
Pada bagian atap dibangun sebuah kubah besar dihiasi cincin berwarna kuning emas dan hampir seluruh bangunan masjid didominasi oleh warna putih dan warna kuning keemasan.
Warna tersebut memiliki filosofi bahwa masjid ini sebagai tempat yang bersih dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
Selain sebagai tempat ibadah, Masjid ini juga diperuntukkan sebagai tempat wisata religi, pusat pendidikan islam, islamic centre, perpustakaan, hingga terdapat miniatur kabah.
“Komplek Masjid ini mempunyai alun alun kota, hutan kota, tempat olahraga, jadi setiap hari dikunjungi sembilan ratus hingga seribuan pengunjung, baik dari daerah sendiri maupun warga luar.” tutup Haji Ahmad Kosim. (Jasa Manurung/Mg3/ito)
Load more