Bengkulu - Berkumpul bersama keluarga saat lebaran Idul Fitri, sudah menjadi tradisi setiap tahunnya. Namun, hal ini tidak berlaku bagi sebagian besar sopir otobus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP), yang rela berlebaran jauh dari keluarga tercinta.
"Mau gimana lagi bang, satu sisi kami mencari nafkah, namun saat momen lebaran seperti ini kami harus rela terpisah jauh dari keluarga,” ujarnya, Jumat (29/4/2022).
Pria kelahiran 1993 ini mengatakan, dirinya telah melakoni profesi sebagai sopir AKAP di salah satu perusahaan bus terbesar di Kota Bengkulu sejak 2019. Dalam perjalanan karirnya, David kerap kali menemukan musim arus mudik lebaran, yang berdampak pada lebaran di Pulau Jawa.
Pria yang berdomisili di Kelurahan Padang Serai, Kecamatan Kampung Melayu, Kota Bengkulu ini, biasanya mengantarkan pemudik dari Bengkulu ke Bandung, Jawa Barat. "Sudah sering sekali saya lebaran di jalan. Yang paling banyak saya lebaran di Bandung. Kadang kami sesama sopir lain harus merayakan di pool otobus secara sederhana. Makanya saya komunikasi lewat telefon saat lebaran untuk saling bermaaf-maafan," tutur David.
Diceritakan David, tak jarang ia merasa sedih melakoni profesi sebagai sopir. Sebab pada perayaan hari raya seperti ini, ia tidak bisa berkumpul dengan keluarga besar. Di sisi lain, ada kepuasan tersendiri saat ia melihat para pemudik bahagia dan selamat sampai tujuan.
"Sulit untuk disampaikan dengan kata-kata. Sedih sekali pokoknya," tutur David.
Disinggung masalah gaji sebagai sopir AKAP, David mengaku, gaji yang diterimanya dari perusahaan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. "Cukup untuk makan. Kita juga dapat tambahan gaji. Kita tidak ada boleh izin saat musim lebaran. Kita harus jalani profesi ini dengan senang hati dan rela berlebaran di kampung orang," tutup David. (rgo/wna)
Load more