Lampung Tengah, Lampung - Para petani singkong tapioka di Kabupaten Lampung Tengah, Lampung, mengeluhkan kelangkaan pupuk bersubsidi dan mahalnya harga pupuk non subsidi. Meskipun pupuk subsidi tersedia melalui gabungan kelompok tani (Gapoktan), namun stoknya terbatas dan tidak mencukupi kebutuhan para petani.
Keluhkan kelangkaan pupuk bersubsidi dan mahalnya harga pupuk non subsidi diungkapkan para petani singkong di Desa Reno Basuki, Kecamatan Bumi Nabung, Kabupaten Lampung Tengah, Lampung.
Menurut Agus, salah seorang petani singkong menuturkan keberadaan pupuk subsidi seolah-olah langka karena tidak adanya keterbukaan dalam penyaluran. Kelangkaan pupuk subsidi jenis urea dan phonska sudah menjadi permasalahan para petani dari tahun ke tahun.
"Kalau kendala petani singkong itu sebenernya pupuk yang paling pokok. Kita mencari pupuk sangat sulit sekali. Apalagi pupuk subsidi. Kalau kita tidak melalui kelompok Gapoktan, kita sangat sulit. Akhirnya kita membeli pupuk non subsidi," kata Agus, Kamis (19/5/2022).
Agus menambahkan, meskipun pupuk subsidi tersedia melalui Gapoktan, namun stoknya terbatas dan tidak mencukupi kebutuhan para petani. Selain itu, untuk mendapatkan pupuk subsidi, saat ini terlalu banyak persyaratan untuk mendapatkan pupuk bersubsidi seperti harus pakai kartu khusus dari pemerintah atau Gapoktan.
"Untuk mengatasi kelangkaan pupuk subsidi, kita terpaksa membeli pupuk non subsidi dengan harga yang cukup mahal. Dengan menggunakan pupuk non subsidi, biaya sarana prasarana produksi yang dikeluarkan para petani bertambah sehingga keuntungan para petani berkurang di saat panen singkong," ungkap Agus.
Untuk saat ini harga pupuk subsidi jenis phonska Rp140 ribu per sak (50 kg) dan harga pupuk urea Rp130 ribu per sak. Sedangkan untuk harga pupuk non subsidi yakni Rp160 ribu per sak, untuk pupuk jenis phonska dan Rp150 ribu per sak untuk pupuk jenis urea.
"Kita mendapatkan jatah satu kwintal pupuk subsidi dari Gapoktan. Namun pupuk subsidi tersebut tidak mencukupi kebutuhan para petani karena untuk satu hektar kebun singkong petani membutuhkan delapan sak pupuk atau 400 kilogram," papar Agus.
Agus mengungkapkan, untuk saat ini para petani singkong sedikit lega karena harga singkong dinilai bagus. Saat ini harga singkong Rp1.950 per kilogram. Harga tersebut merupakan harga kotor, setelah dipotong biaya bongkar muat dan potongan dari pabrik pengepul singkong tapioka berkisar 25 persen hingga 30 persen. Petani singkong menerima harga bersih Rp1.500 per kilogram.
"Kalau harga singkong kita minta harga standar Rp1.500 per kilogram. Sekarang kan harga bahan pokok dan makanan sangat mahal. Kita tidak minta harga terlalu tinggi, kalau bisa harga singkong standar," imbuhnya.
Para petani singkong berharap permasalahan kelangkaan pupuk subsidi di daerah menjadi perhatian khusus pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. Selain itu, para petani juga berharap harga singkong tetap stabil di harga standar yakni Rp1.500 per kilogram karena jika harga singkong di bawah standar maka para petani tidak mendapatkan keuntungan. (puj/wna)
Load more