Pekanbaru, Riau - Sebagai ungkapan syukur dan bahagia petani sawit kepada Presiden Joko Widodo atas kebijakan pencabutan larangan ekspor CPO (crude palm oil), Ketua Umum DPP APKASINDO, Gulat ME Manurung, menuliskan surat terbuka sebagai berikut:
“Meskipun sulit dan berat menjalani 28 hari masa-masa sulit sejak Bapak melarang ekspor, berakibat anjloknya harga TBS (tandan buah segar) kami, petani sawit sampai 70 persen, tapi kami petani sawit berhasil melaluinya dan menunjukkan komitmen bernegara, tidak melakukan hal-hal anarkis".
Menurut Gulat, sawit adalah sumber nafkah petani sekaligus harapan dan masa depan ekonomi Indonesia, sawit juga telah menjadikan Indonesia disegani dunia.
“Kami sepakat MGS (minyak goreng sawit) harus tersedia dan terjangkau di masyarakat domestik dan kami petani sawit, sangat terhormat diberi kesempatan untuk mewujudkan harapan Bapak Presiden tersebut,” ungkap Gulat.
Larangan ekspor tersebut, kata Gulat, juga sudah menyadarkan Indonesia betapa pentingnya sawit bagi Indonesia, baik dari segi ekonomi, sosial dan keberlanjutan. Bahkan dunia yang dulunya selalu menomor tigakan sawit, namun ‘menjerit’ disaat keran ekspor ditutup oleh Presiden.
“Tahun ini kami akan mendirikan 3 PKS (pabrik kelapa sawit) yang akan terintegrasi ke pabrik MGS. Sebenarnya, sejak 2019 kami sudah mengajukan ke BPDPKS (Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit) sebanyak 10 PKS. Jadi bukan karena larangan ekspor ini,” kata Gulat kepada tvOnenews.com, Jumat (20/5/2022).
Hikmahnya, BPDPKS langsung menyetujui permohonan APKASINDO, Karena memang dana itu bukan APBN, tapi murni dana gotong royong sawit Indonesia, di mana petani sawit adalah pemeran utama dari gotong royong tersebut.
“Rencana PKS tersebut akan kami lokasikan ke Papua Barat, Kalimantan Barat dan Banten. PKS ini akan menjadi rantai pasok biodisel ke Pertamina dan pabrik MGSnya akan fokus melayani domestik dan akan menjadi penyeimbang dengan korporasi,” tutup Gulat Manurung. (man/wna)
Load more