Hal itu tak lain bertujuan untuk meluruskan pemikiran dan sikap orang tua yang mengaku Islam. Akan tetapi, malah tidak berjiwa Islam melainkan bersikap mengutamakan adat yang berlaku di Minangkabau.
Padahal, adat Minangkabau berfalsafah adat bersendikan syarak, syarak bersendikan kitabullah. Arti dari syarak berssendikan kitabullah, yaitu adat yang mengikuti apa yang diajarkan kitabullah (kitab Allah) yaitu Alquran.
Memang, keulamaan Hamka tak dapat diragukan lagi, apalagi sebagai sastrawan terkemuka di Indonesia. Sebab, di masanya ia dikenal sebagai pengarang roman hingga saat ini. Bahkan, dua buah romannya terkenal, yang bertajuk Di Bawah Lindungan Ka’bah dan TKvDW tersebut.
Tidak hanya piawai dalam membuat karya sasatra, Hamka juga pernah sebagai pimpinan majalah Panji Masjarakat di Medan. Dilangsir dari buku Sedjarah Sastra Indonesia Modern, ia mendirikan majalah tersebut, bertujuan untuk memajukan pengetahuan dan peradaban berdasarkan pandangan Islam.
Sebelum mendirikan majalah Panji Masjarakat di kota Medan dan terkenal sebagai sastrawan di Indonesia serta tokoh ulama. Ternyata masa kecilnya Hamka mengemban pendidikan sekolah rendah di tanah kelahirannya.
Kemudian ia merantau ke Jawa dan melanjutkan menuntut ilmu agama di Mekah. Setelah itu, ia kembali ke tanah air, lalu menjadi guru agama dan tokoh Islam di Sumatera Timur.
Load more