Medan, Sumatera Utara - Keadaan Sungai Deli saat ini sedang darurat. Pasalnya, 388 pohon dan 232 timbulan sampah jadi sumber pencemaran Mikroplastik. Tabir soal pencemaran Mikroplastik itu dibeberkan seorang peniliti dari Ekspedisi Sungai Nusantara (ESN), ketika berkolaborasi dengan Sangkala, Yayasan Leuser Lestari dan Telapak Badan Teritoti Sumatera Utara.
Ia akui, pihaknya mengetahui tabir tersebut karena sedang melakukan ekspedisi Sungai Deli di Kota Medan, yang dimulai dari Taman Mercy di Deli Tua hingga Jembatan Belawan. Ia juga mengungkapkan bahwa ancaman mikroplastik di Sungai Deli sangat berpengaruh pada kesehatan Peduduk Medan.
“Karena, air sungai Deli dimanfaatkan sebagai bahan baku Perusahaan Daerah air Minum Tirtanadi, mikroplastik merupakan senyawa penganggu hormon yang telah ditemukan dalam darah dan lambung manusia,“ ujarnya Prigi Arisandi kepada tvonenews.com, Jumat (24/6/2022).
Lebih lanjut ia menuturkan, bahwa peneliti ESN mendorong agar Pemkot Medan meningkatkan layanan pengelolaan sampah dengan membangun sarana tempat pengolahan sampah di tiap Kelurahan, di tepi sungai Deli.
“Seperti kita lihat di lokasi Jembatan Panitera, jenin Mikroplastik (dalam 100 liter air) terdapat fiber (benang) ada 148 dan terdapat 62 filament (lembaran) terdapat , 26 frgamen (cuilan). Jadi jumlahnya 236,” ucapnya.
Sementara di lokasi Kerang Berombak terdapat 100 fiber (benang) dan terdapat 176 filament (lembaran) terdapat , 42 frgamen (cuilan), maka bila dijumlahkan sebesar 236.
Ia juga jelaskan, pengambilan sampel air dilakukan pada Senin-Rabu (21-23 Juni 2022) di lima lokasi yang mewakili Hulu, tengah dan hilir. Di hulu, sampel air diambil di Wilayah Taman Mercy Deli Tua, kabupaten Deli Serdang, sedangkan wilayan Hilir diambil di jembatan Belawan.
Wilayah tengah dengan kondisi padat pemukiman diambil samplenya di wilayah Jembatan panitera Tanjung Mulia, Gang Cimacan Jalan Karya kelurahan Karang Berombak dan Taman Beringin Kecamatan Medan Polonia.
Saat ini, ia jelaskan, data yang diolah meliputi wilayah Jembatan Panitera dan Karang berombak dengan metode rapid menunjukkan rata-rata kontaminasi mikroplastik 233 Partikel/100 Liter.
“Sampel diuji dengan cara cepat dengan melihat fisik partikel, untuk selanjutnya sample akan dikirim ke laboratorium mikroplastik di Gresik Jawa Timur untuk mengetahui hasil lebih detail, karena akan melalui proses Kimia yaitu memisahkan material plastik dengan material organic,” ungkap Prigi Arisandi, lebih lanjut Prigi menjelaskan dengan metode kimia akan didapatkan jumlah partikel yang lebih banyak.
Penelitian sebelumnya pada tahun 2020 oleh seorang mahasiswa Program Studi Teknik lingkungan fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, Putri Ageng Yutriana, menemukan bahwa Sungai Deli terkontaminasi mikroplastik 8-152/Liter atau 800-15200 partikel mikroplasti dalam 100 liter.
Tingginya kontaminasi mikroplastik, ia katakana, karena banyaknya sumber mikroplastik dari limbah domestic, limbah industri dan sampah plastik yang tidak terkelola dengan baik di sepanjang Sungai Deli. (aag)
Load more