Pekanbaru, Riau - Video viral memperlihatkan aksi pemberhentian paksa aktivitas pekerjaan dan juga penyerangan di sebuah gudang perusahaan jasa ekspedisi J&T Ekspres, di Jalan Soekarno-Hatta Pekanbaru. Aksi serikat pekerja itu berakhir ricuh hingga akhirnya dibubarkan polisi.
Dari video yang dilihat dari tvonenews.com, Jumat (24/6/2022), tampak ratusan massa menggeruduk gudang J&T. Bahkan, Wakapolresta Pekanbaru AKBP Henky dan Kasat Reskrim Kompol Andri Setiawan turun tangan membubarkan keributan tersebut.
Video bersurasi 2 menit itu, ditonton lebih dari 4 ribu kali dan dikomentari lebih dari 380 kali. Peristiwa itu sendiri berujung pelaporan ke Polresta Pekanbaru.
"Iya benar kejadiannya di gudang J&T, korban dari pihak ekspedisi sudah membuat laporan," kata Andrie.
Ia menyebutkan, pihaknya masih menyelidiki kasus itu dengan pemeriksaan sejumlah saksi. Laporan itu terkait penyerangan bersama-sama dengan jeratan pasal 170 KUHP.
"Korban melaporkan 170 KUHP, kita masih pendalaman peristiwa tersebut dari keterangan saksi dan petunjuk lainnya di lokasi kejadian," jelasnya.
Dijelaskannya, bahwa peristiwa itu terjadi Kamis (23/6/2022) malam sekitar pukul 19.30 WIB. Kemudian, ia katakan, seorang pekerja perusahaan yang belakangan diketahui adalah karyawan J&T Ekspres mengalami kekerasan. Baju yang dikenakannya malam itu sobek akibat diserang sekelompok massa.
“Jadi, kejadian yang bermula sekitar pukul 19.00 WIB malam itu. Sekitar ratusan orang mendatangi gudang J&T dan memaksa penghentian aktivitas bongkar muat barang ekspedisi,” ujarnya.
“Nah, hal ini lah yang membuat antrean kendaraan panjang dan memicu kemacetan,” katanya.
Terpisah, General Manager J&T Riau Supriyanto saat dihubungi melalui telepon, ia membenarkan kejadian tersebut. Dijelaskannya, massa yang datang melakukan aksi adalah serikat kerja.
"Kejadian malam itu bukanlah yang pertama. Masalah bermula ketika serikat pekerja meminta pekerjaan bongkar muat barang. Tetapi waktu yang lalu, sudah pernah mediasi yang ditengahi Polresta Pekanbaru, namun tidak ada kata sepakat, makanya mereka datang lagi tadi malam," ucap Supri.
Menurutnya, keributan itu dikarenakan permintaan massa tidak sesuai dengan hitungan bisnis. Sebab, massa meminta setoran uang Rp15 juta per bulan untuk urusan bongkar muat.
"Besar sekali, kami tidak sanggup dan tidak sepakat. Lalu kami menawarkan solusi dengan mempersilahkan anggota serikat pekerja bergabung tapi mereka menolak,'' jelasnya.
Sambungnya menjelaskan, pihaknya juga sudah menawarkan uang Rp1 juta setiap bulan tanpa bekerja. Akan tetapi mereka (serikat pekerja) menolak, (Man/Aag)
Load more