Bikin Warga Resah, Dua Harimau Sumatera Masih Berkeliaran di Desa Renah Kayu Embun

Kota Sungai Penuh, Jambi – Masyarakat di sekitar Desa Renah Kayu Embun, Kecamatan Kumun Debai, Kota Sungai Penuh, Jambi dihebohkan dengan penampakan harimau sumatera beberapa hari ini.

Kemunculan raja hutan ini dilihat langsung warga setempat sehingga menimbulkan keresahan.

Kepala Desa Renah Kayu Embun Antorudin membenarkan kemunculan harimau tersebut. Kemunculan harimau membuat warga takut beraktivitas di luar rumah.

“Selama beberapa hari ini, kami dicemaskan penampakan dua ekor harimau sumatera di wilayah Renah Kayu Embun. Bahkan harimau tersebut sudah memangsa tujuh ekor anjing warga. Saya sebagai kepala desa sudah melaporkan masalah ini ke kepala BKSDA Provinsi Jambi," ungkap Antorudin, Selasa (28/6/2022).

Kepala Balai Besar TNKS Kerinci melalui Pelaksana Kasubag Data Evaluasi Pelaporan dan Kehumasan Dian mengatakan sudah mendapatkan laporan atas kemunculan harimau tersebut. Saat ini, tim sudah di lapangan untuk memantau keberadaan harimau tersebut.

“Kami mendapat laporan bahwa di Renah Kayu Embun ada penampakan harimau. Kami dari balai sudah sejak hari Sabtu kemarin menurunkan tim untuk memantau keberadaan harimau sumatera tersebut," ujar Dian.

Ketika ditanya apakah harimau tersebut adalah harimau yang dilepas beberapa waktu yang lalu oleh BKSDA Sumatera Utara, Dian mengatakan belum tahu persisnya karena yang bisa memantau melalui GPS hanya dari BKSDA Sumatera Utara dan kepala bidang pengelolaan wilayah satu di Bangko.

Tim juga melakukan pengumpulan data, informasi, sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat setempat untuk mengurangi risiko terjadinya konflik dan kerugian.

Warga berharap, harimau yang berkeliaran di area perkebunan dan memangsa ternak agar segera ditangkap dan direlokasi jauh dari area domisili dan perkebunan masyarakat.

Hal ini untuk mengutamakan keselamatan masyarakat dan mulai menggeliatnya usaha pertanian dan agrowisata di Desa Renah Kayu Embun.

Masyarakat takut dan cemas sampai tidak berani mengambil hasil pertanian. Padahal, ekonomi mereka berasal dari hasil tani di kawasan tersebut. (aai/nsi)