Kabupaten Agam, Sumatera Barat –Warga Sumatera Barat (Sumbar) geger, karena ditemukannya pohon terbesar di Indonesia, tepatnya di Nagari Koto Malintang, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam Sumatera Barat.
Kepala Nagari (desa), Nazirudin Dt Palimo ungkapkan, pohon berjenis Medang atau warga sekitar menyebutnya pohon Binu ini, memiliki diameter 4,4 meter dengan tinggi sekitar 50 meter. Bahkan, pohon itu diperkirakan sudah berusia ratusan tahun.
“Penemuan pohon raksasa ini berawal dari adanya rencana pembukaan lahan perkebunan oleh ulayat Wali Nagari setempat sekitar awal tahun 2000-an. Saat itu, kami terkejut melihat adanya pohon raksasa yang bereda di tanah ulayat.
“Jadi karena pohon ini, membuat Kepala Nagari (desa) mendapat Piala Kalpataru di tahun 2004 silam dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kala itu. Bisa jadi karena pohon inilah saya mendapat Kalpataru kala itu," ucap Nazirudin Dt Palimo kepada tvonenews.com, Jumat (5/8/2022).
Selain pohon ini, ia katakan, juga terdapat tujuh (7) pohon berjenis sama, seperti Medang. Namun, ukurannya lebih kecil meskipun tergolong besar.
"Ada yang 2 meteran dan lainnya, tapi ini yang paling besar", Imbuh Wali Nagari tersebut.
Dari data Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Maninjau, rekor sebagai pohon terbesar adalah berada di Kutai Karta Negara dengan ukuran diameter 2,4 meter. Namun Kepala Resort BKSDA Maninjau Ade Putra mengklaim bisa jadi pohon ditemukan itulah sebagai pohon terbesar di Indonesia hingga saat ini yang pernah tercatat.
Bukan tidak mungkin, lanjutnya jelaskan, masih ada pohon lain di daerah lain yang lebih besar, mnamun belum tercatat dan terekspos.
"Berdasarkan metode pengukuran yang biasa kami lakukan, pohon ini diameternya 4,4 meter dengan keliling 15 meter sedangkan tinggi sekitar 50 meter. Usianya diperkirakan sekitar 560 tahun," ujar Ade sapaan akrab Kepala Resort BKSDA Maninjau.
Meski bukan jenis pohon yang dilindungi, ia katakan, kayu Medang ini sangat langka di indonesia. Bahkan ajaibnya, pohon ini nyaris tidak tersentuh para penebang pohon.
“Rencananya, kawasan ini akan dikembangkan menjadi kawasan ekosistem esensial yang bekerja sama dengan masyarakat Koto Malintang. Nantinya ini akan kita kembangkan bersama masyarakat sebagai kawasan ekonomi esensian artinya kawasan luar kawasan hutan yang memiliki ke aneka ragaman hayati yang tinggi", Tambah Ade. (Dml/Aag)
Load more