Bahkan, kisah sedih serupa juga dialami sejumlah wanita yang menjajakan diri di pinggiran jalan Kecamatan Medan Petisah. Dari pengakuan mereka terungkap, hidup miskin hanya menjadi sampah dan cibiran di mata orang lain yang beruntung dalam hidup. Itu lah pengakuan NS, satu di antara perempuan yang hidup di pinggir jalan.
Hidup puluhan tahun di Kota Medan, akui NS, dengan belas kasihan orang lain dan banyaknya penderitaan, juga seakan menjadi hal biasa bagi mereka. NS yang berharap bantuan dari pemerintah, ia katakan, mungkin suatu hal yang mustahil. Namun, ia akui, mendapat makanan dan minum dari belas kasihan orang lain itulah yang selalu mereka harapkan setiap hari.
Bahkan, NS tegaskan, memiliki cita-cita setinggi langit, seakan hanya impian mereka semata dan harus dikubur dalam-dalam.
"Pertanyaan kita, siapa bilang hidup di Kota Besar seperti Kota Medan akan mendapat perhatian dari pemerintah," NS katakan.
“Apakah Mereka Tau Atau apakah mereka pura-pura tidak tau, Atau apa mereka tidak mau tau?” sambung NS mengungkapkan.
NS menyebut, kondisi yang ia alami beraama sesama rekannya adalah ketidakberuntungan.
"Siapa yang dapat memilih terlahir kedunia dengan kondisi miskin atau kaya. Kalau kami sekarang dan sampai ada kemungkinan perubahan nasib dari bantuan pemerintah harus bertahan hidup. Kerja apapun selagi bisa," akuinya.
Load more