Aceh Barat, Aceh - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Aceh Barat, terkesan abai atas hasil program ketahanan pangan yang sudah dicetus. Pasalnya, 5 hektar hasil panen jagung hibrida di Desa Pulo Tengoh, Kecamatan Pante Ceureumen, membusuk . Padahal, program tersebut memakai Anggaran Dana Desa (ADD).
Dengan jumlah total belasan ton jagung jenis hibrida, mulai dari yang sudah dipetik hingga yang masih berada di dahan pohon, kini terbengkalai lantaran tak tahu harus di pasarkan kemana. Pemerintah setempat melalui kecamatan, malah berdalih harga yang turun sehingga tak ada pihak penampung.
Kepala Desa Pulo Tengoh, Nasir mengaku, jagung yang sudah dipanen kini hanya bisa dilihat saja. Bahkan, yang sudah tumbuh kembali biji jagung yang masih melekat di tulang jagung. Ironis lagi, pemerintah hanya diam tak memikirkan soal kesusahan mereka saat ini dan terkesan dibiarkan saja.
“Panen sudah dua minggu lebih, itulah pemasaran yang tidak tahu bagaimana, sudah tidak tahu bawa kemana lagi jagung ini, ada yang sudah diambil oleh orang kecamatan, yang sudah dikirim belum ada kejelasan, uangnya tidak tahu kemana, ini ada 4 ton lagi yang tak tahu dibawa kemana,” jelas Nasir, Minggu(17/12/2022).
Setidaknya, ada sekitar 6 ton yang sudah diambil oleh seseorang dari kantor kecamatan tanpa ada kejelasan lebih lanjut, sementara jagung yang dibiarkan mencapai 4 ton hingga mulai membesar dengan sendiri, ditambah lagi yang belum di panen di dalam lahan ketahanan pangan.
Program ketahanan pangan itu, kata dia, merupakan arahan kabupaten untuk diplotkan melalui dana desa sebesar 20 persen, lebih kurang ada 5 hektar luas lahan yang ditanami tumbuhan itu oleh pihak Desa Pulo Tengoh.
“Lebih kurang 5 hektar yang hidup. jenis jagung jenis Hibrida, bibit dipesan di medan, sekarang dalam masjid di letak jagungnya (yang sudah di panen), beruntung masjid belum terpakai untuk ibadah karena baru di bangun, itu dijemur ibu ibu dan diberikan ongkos, ada yang belum di panen di atas batangnya, ada yang sudah dipanen dan juga busuk,” ungkapnya.
Load more