“Tapi karena ini sangat penting bagi masyarakat Tipang, ini juga perlu diberitahukan kepada masyarakat luas dan dikemas sedemikian rupa dari hasil penelitian tradisi budaya ini. Oleh karena itu, Tipang sudah siap atraksi untuk desa ini, sehingga semua pengunjung yang datang ke sini bisa melihat itu, bisa menonton setiap dibutuhkan,” sambungnya.
Robert juga mengatakan atraksi ini juga bisa digunakan promosi wisata ke luar Desa Tipang. ”Salah satu contoh ini kita sudah mulai pertunjukkan pada waktu kongres pertama kebudayaan batak toba di Balige yang waktu itu tampil dengan memukau,” ungkapnya.
Ia yang juga sebagai Ketua Desa Binaan Tipang sudah datang ke desa tersebut sejak 8 tahun yang lalu melakukan penelitian terkait budaya Tipang yang sangat menarik untuk dipromosikan secara internasional maupun nasional.
“Jadi kita juga diharapkan nantinya ada kaderisasi budaya ini. Kalau yang melaksanakan tradisi ini adalah orang tua, dan generasi muda tidak tau lagi. Dengan kita buat ini menjadi atraksi di samping budaya hidup. Tradisi budaya hidup dilakukan oleh para orang tua, dan itu memang dalam konteks pertanian, tapi atraksi kita buat. Maka dengan demikian dua duanya bergandengan, satu untuk kebudayaan dan satu untuk pariwisata,” papar Prof Robert.
Lewat atraksi ini, lanjutnya, Budaya Sihali Aek Tipang berpeluang dipromosikan ke internasional maupun nasional.
“Boleh, sehingga kalau kita lihat tadi, mulai dari awal sampai akhir itu ada lima kegiatan, pertama itu manukkun boni (menanyakan benih padi yang cocok). Ini boleh juga memberitahukan kepada orang bahwa tradisi pertanian masih jalan di sini, dan hidup mereka memang di pertanian,” terang Robert.
Sementara itu, Kepala Desa Tipang, Juanda Sihombing sangat bangga terselenggaranya atraksi budaya ini. “Kami masyarakat Desa Tipang mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya buat bapak profesor karena acara ini sudah dapat terselenggara,” katanya memulai sambutannya.
Load more