Mirisnya lagi, genset tersebut hidupnya dari pukul 18.00 WIB sampai pukul 23.30 WIB. Kemudian, ia beberkan, pada siang hari warga di Desa Harapan Maju, tanpa listrik.
"Jadi kalau kami gunakan genset, kami itu bayar, karena genset itu punya milik perorangan. Per titiknya kami bayar Rp 300 ribu per bulan. Nah, kami di sini dikenakan pembayarannya setengah setiap sebulan sekali," kata Heri.
"Kalau per titik itu ada tiga rumah, jadi Rp100 ribu per bulan satu rumah," sambungnya menjelaskan.
Selain itu, ia juga ungkapkan bahwa warga yang memakai genset tersebut juga sering mengeluh. Hal ini lantaran, genset tersebut sering rusak dan genset tersebut pun kemampuannya untuk menerangi rumah warga tak terlalu kuat.
"Genset yang kami sewa itu kemampuannya nggak terlalu begitu kuat, jadi sering terjadi kerusakan dan sebagainya," beber Heri.
Sementara, warga di Desa Harapan Maju yang memakai genset itu berjumlah kurang lebih 150 Kepala Keluarga (KK) dan sangat bergantungan dengan genset itu.
"Harapannya, karena kami bagian dari bangsa Indonesia, karena selama ini kami belum merasakan kemerdekaan yang sebenarnya, jadi kami mohon kepada bapak Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk tolong kami,” ujarnya.
“Sudah cukup lama kami menderita seperti ini. Karena selama 22 tahun kami kurang penerangan dan masalah penerangan ini juga mencangkup pendidikan bagi anak-anak kami juga," sambungnya menjelaskan harapannya.
Load more