“Dahulu pernah beberapa kali manajemen PT BAS menawarkan ganti rugi lahan orangtuanya namun tidak sesuai dan terkesan asal-asalan karena lahan kami masih produktif. Tapi Kalau lahan kiri kanan sudah banyak yang dibebaskannya,” ujarnya.
Masih dikatakan Rizal, semenjak tanah disposal tersebut terbentuk, dan limbah masuk ke area perkebunan, penghasilan kebun karet pun turun drastis.
"Dari sebelumnya mencapai 1 ton perbulan, namun sekarang tinggal 100 kg itu baru bisa dihasilkan per 3 bulan," ungkapnya.
Diterangkannya bahwa luas lahan kebun karet tersebut 2,5 hektare berdasarkan surat kepemilikan, yang ditanami kebun karet dengan bibit unggul dari tanah Sumbawa kemudian penanaman berdasarkan pola atau teknis pertanian, perkebunan.
“Lokasi kebun, secara geografis dekat dengan Sungai Enim dan Air Purut, keadaan kebun yang rusak permanen lebih kurang 6000 meter persegi akibat pembangunan disposal. Dahulu di dekat kebun tersebut ada Danau Pujian, sumber air resapan, kalau menurut legenda (hikayat) dahulunya itu merupakan ‘Sungai Enim Ngalih’ karena habitat di sana persis habitat di Sungai Enim, seperti didapati ikan belida, ikan seluang, lampam dan sebagainya. Namun sejak dibangun disposal, danau tersebut ditimbun sehingga tidak ada lagi tempat menampung air sehingga air mengalir ke mana-mana terutama ke arah kebun orang tuanya sebab masih ada aliran Sungai Purut,” bebernya.
Load more