Hasan Kurniawan menjelaskan, membuat kue tutun harus hati-hati karena kalau sudah gagal langsung dibuang dan tidak dapat digunakan lagi. Kue tutun merupakan kue yang bersih bahkan orang-orang yang membuatnya pun tidak boleh dalam keadaan kotor agar tidak mempengaruhi kualitasnya. "Kepercayaan ini sudah diwariskan secara turun-temurun," jelasnya.
Hasan kurniawan telah menekuni pembuatan kue tutun sejak tahun 1978 dan produksi kue tutun ini merupakan warisan secara turun-temurun dari keluarganya. Kue tutun sama dengan halnya ketupat bagi umat muslim saat merayakan lebaran.
"Bentuk dan teksturnya yang lengket, kue tutun melambangkan keakraban dan pemersatu eratnya tali persaudaraan," ungkapnya.
Hasan Kurniawan mengatakan, kue tutun merupakan penganan khas masyarakat Tionghoa yang wajib ada saat tahun baru Imlek. Di Lampung, produksi kue tutun hanya dilakukan saat ada perayaan Imlek saja sebab jika hari biasa peminatnya hanya sekitar 10 persen.
Hasan pun menjelaskan secara singkat cara membuat kue tutun. Menurutnya, pembuatan kue tutun sebenarnya relatif mudah. Dengan perbandingan tepung ketan dan gula 1:1 serta sejumput garam dan vanili agar kue tutun lebih wangi. Setelah tercampur rata, adonan diletakan ke dalam cetakan yang sebelumnya telah dilapisi plastik. Hal itu dilakukan agar kue tutun tidak lengket ketika matang dan bisa langsung dikemas dengan plastik.
Kemudian, kue tutun dapat dikukus selama 8-10 jam. Barulah setelah matang kue bisa didinginkan dan didistribusikan. "Kue tutun dapat bertahan selama satu tahun lebih jika disimpan dalam kulkas. Jika tidak disimpan dalam kulkas, kue dengan rasa manis dan legit ini bisa bertahan enam bulan. Pembuatan kue tutun sama sekali tidak menggunakan bahan pengawet kimia," pungkasnya. (puj/wna)
Load more