Medan, Sumatera Utara - Menipisnya stok MinyaKita atau minyak goreng curah kemasan besutan Kementerian Perdagangan (Kemendag) di sejumlah pasar tradisional memicu naiknya harga minyak goreng kemasan tersebut. Hal itu terjadi lantaran adanya peningkatan daya beli di masyarakat.
“Untuk saat ini tidak sulit, cuma ada kenaikan sikit harganya. Kemarin masih Rp12.500 modalnya, kalau sekarang sudah Rp13.000 kita beli,” kata Marta, Jumat (3/2/2023).
Marta menambahkan, kenaikan harga yang dia beli dari distributor tidak lantas membuatnya menaikkan harga jual. Mengingat harga eceran tertinggi (HET) sudah tertera pada kemasan, yaitu Rp14.000 per liter. Harga tersebut dia pertahankan demi menarik daya beli konsumen meskipun hal ini berdampak pada keuntungan penjualannya yang menurun dari hari biasanya.
“Untuk harga kami jualnya tetap Rp14.000 sesuai harga yang tertera di kemasanlah, nggak bisa naik karena di situ sudah ditulis. Kalau nggak, ya, ngga ada yang mau beli, cuma untungnyalah jadi tipis,” jelasnya.
Lebih lanjut, Marta mengatakan tidak hanya minyak goreng dari Zulkifli Hasan yang mengalami kenaikan harga beli dari distributor. Harga minyak curah kini tembus mencapai Rp13.500 per kilogram, dengan harga jual tertinggi Rp15.000 per kilogramnya. Sehingga banyak konsumen tertarik dan beralih ke minyak curah. Selain karena harganya, minyak curah juga dapat dibeli sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan konsumen.
“Konsumen banyak tertarik ke minyak curah. Minyak curah jualnya Rp15.000 satu kilogramnya. Jadi diakan bisa beli setengah kilo, seperempat, sesuai dengan kemampuannyalah,” tambahnya.
Melonjaknya harga minyak goreng di pasaran, baik kemasan, minyak subsidi dari pemerintah, maupun minyak curah, terjadi sejak awal Januari hingga kini belum juga turun. Hal ini sangat berdampak pada ekonomi pedagang di seluruh pasar. (zul/wna)
Load more