Gunungkidul, tvOnenews.com - Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta mencatat, terjadi lonjakan signifikan dari kasus Lumpy Skin Disease (LSD) pada ternak sapi.
Menurut Kepala DPKH Gunungkidul, Wibawanti Wulandari, sampai dengan 5 Maret 2023 lalu, dilaporkan ada 302 kasus LSD.
"302 kasus ini tersebar di 14 kapanewon. Sedangkan kapanewon yang masih terbebas dari LSD diantaranya Saptosari, Paliyan, Tepus, Tanjungsari. 3 sapi diantaranya dilaporkan mati dan itu adalah sapi muda," kata Wibawanti, Jumat (10/3/2023).
Oleh karena itu, lanjutnya, menjaga kebersihan kandang menjadi hal yang paling penting, karena LSD atau populer disebut peternak sebagai penyakit lato-lato ini berasal dari virus yang menyebar lewat nyamuk dan lalat.
"Jadi kebersihan kandang harus sungguh-sungguh dijaga," ujarnya.
Selain itu, Wibawanti menghimbau agar peternak tidak menjual atau membeli sapi dengan gejala LSD. Pihaknya menyarankan agar terlebih dulu sapi diobati sampai benar-benar sehat.
Saat ini, DPKH Gunungkidul meningkatkan antisipasi penyebaran LSD di seluruh pasar hewan yang ada. Semua hewan yang hendak masuk pasar harus melalui pemeriksaan ketat untuk memastikan kesehatannya.
"Kalau ditemukan ada yang terkena LSD, maka sapi tersebut tidak diizinkan masuk pasar. Oleh petugas, sapi akan diobati dulu kemudian harus dibawa pulang dulu untuk pemulihan," terangnya.
Beberapa pekan terakhir, penyebaran LSD ini sudah berdampak pada daya beli atau transaksi jual-beli sapi di Gunungkidul.
Menurut Pengelola Pasar Hewan Siyonoharjo, Kapanewon Playen, Isnaning Suindarti, penurunan harga jual sapi terbilang drastis akibat dampak LSD,
Dijelaskan Isnaning, sapi yang dibawa ke pasar untuk transaksi turun hingga 50 persen dari biasanya.
"Karena penyebarannya sangat cepat, maka tak heran jika sebagian besar peternak maupun pedagang banyak yang kawatir dengan LSD ini," pungkasnya. (Ldhp/Buz)
Load more