"Nampaknya akan cukup munafik ketika kita menyebut diri sebagai universitas kerakyatan tapi di sisi lain kita mencoba untuk tidak merakyat, biaya pendidikan semakin mahal dan sebagainya," ungkapnya.
Mahasiswa Fakultas Peternakan angkatan 2019 itu khawatir penarikan uang pangkal dan sejenisnya akan membuat hanya orang kaya yang bisa masuk UGM. Sedangkan calon mahasiswa dari kalangan ekonomi bawah tidak mampu masuk UGM karena tidak memiliki cukup uang.
"Bisa jadi ada putra-putra bangsa yang sebegitu brilian cuma karena keterbatasan ekonomi akhirnya gak bisa masuk UGM," terangnya.
Rektor UGM Ova Emilia yang menemui pengunjukrasa mengatakan selama ini UGM memang menerima bantuan dari pemerintah untuk kegiatan akademik. Namun bantuan tersebut tidak mampu menutupi biaya kuliah tunggal (BKT).
"Informasi dari keuangan, kami mengalami defisit. Kami membedakan antara masukan yang berkaitan dengan uang untuk operasional kuliah dengan uang-uang yang lain. Karena uang kuliah ini pemasukannya sekitar sepertiga dari yang masuk UGM," ujarnya.
Ova menegaskan, sumbangan tersebut hanya diperuntukkan bagi mahasiswa yang masuk melalui jalur mandiri dan dianggap mampu. Sehingga mahasiswa yang kurang mampu tidak perlu membayar sumbangan tersebut.
Ova juga menyampaikan ingin membantu sebanyak mungkin mahasiswa kurang mampu agar tetap bisa kuliah di UGM. Ia tak ingin ada mahasiswa UGM yang akhirnya drop out (DO) karena tidak memiliki biaya.
Load more