Bantul, tvOnenews.com - Bupati Bantul Abdul Halim Muslih memimpin Apel Kesiapsiagaan personel kegiatan ASEAN Disaster Emergency Response Simulation Exercise ( ARDEX ) di Stadion Sultan Agung Bantul Yogyakarta, Senin (31/7/2023).
ARDEX merupakan simulasi atau latihan penanggulangan bencana dua tahunan dengan peserta dari perwakilan negara-negara Asean juga dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kabupaten dan kota di Indonesia, Dinas Kesehatan, dan sukarelawan kebencanaan. Pada tahun ini mengambil tema " Menghadapi Ancaman Gempa Bumi Sesar Opak di DIY dan Sekitarnya."
Stadion Sultan Agung menjadi lokasi gladi lapang dan berbagai persiapan telah dilakukan berupa pendirian tenda-tenda posko dan peralatan terkait kesiapsiagaan bencana.
Bupati Bantul Abdul halim Muslih dalam sambutannya mengatakan simulasi penanggulangan bencana negara-negara ASEAN atau ASEAN Disaster Emergency Response Simulation Exercise ( ARDEX ) menjadi bagian uji respon kesiapsiagaan pemerintah menghadapi bencana.
" ARDEX 2023 adalah bagian dari uji respon kesiapsiagaan pemerintah terhadap kejadian bencana. Terutama dalam rantai komando penanganan darurat. Selain itu ARDEX juga untuk menguji seberapa efektif koordinasi dan kolaborasi antar stakeholder ketika terjadi bencana, baik pemerintah pusat sampai pemerintah daerah," ungkap Bupati Bantul Halim.
Bupati Bantul menambahkan DIY memiliki berbagai potensi bencana. Khusus untuk wilayah Bantul memiliki 9 dari 13 potensi kejadian bencana yang ada.
" Diantaranya gempa bumi, tsunami, longsor, banjir, kebakaran hingga abrasi pantai. Oleh karena itu berbagai potensi bencana tersebut menjadi perhatian pemerintah kabupaten Bantul untuk menjaga betul aset berharga yang dimiliki masyarakat yakni budaya gotong royong dan relawan," ujarnya.
Halim menuturkan gempa bumi 17 tahun silam, warga Bantul cepat bangkit karena budaya gotong royong dan empati yang kuat antar sesama. Selain itu, jumlah komunitas forum pengurangan resiko bencana di bantul cukup banyak bahkan terbanyak di Indonesia.
" Bencana gempa bumi tak bisa diprediksi sehingga mitigasi bencana harus terus ditingkatkan untuk mengurangi resiko bencana," katanya.
Ada tiga poin yang menjadi titik berat dalam pelatihan kebencanaan tersebut, yakni cara mengambil keputusan jika terjadi bencana. Kemudian proses operasional posko bencana serta jalur komunikasi posko dengan stakeholder lainnya hingga komunikasi dari daerah ke pusat atau sebaliknya dari pusat ke daerah.
Selanjutnya adalah apa yang harus dilakukan oleh masyarakat ketika terjadi bencana hingga pelaporan bencana dari warga ke ketua RT dan RW kemudian dilanjutkan ke BPBD sampai bupati, hingga solusi apa yang harus diambil. (ssn/buz)
Load more